Home » Tak Berkategori » Indikator Krisis 2016:II

Indikator Krisis 2016:II

A.   Indikator Krisis

1.     Tekanan di sektor perbankan menguat

 

Gambar 31 Indeks Tekanan Perbankan Indonesia Formula EMPI, 2013–2016 (0–100)

BPI Formula EMPI Menurun, sedangkan BPI Formula FSI Meningkat

bpi-empi

Sumber: CEIC (2016), diolah

 

Gambar 32 Indeks Tekanan Perbankan Formula FSI, 2013 – 2016

bpi-fsi

Sumber: CEIC (2016), diolah

Banking Pressure Index (BPI) adalah indikator yang menunjukkan tekanan yang terjadi di sektor perbankan. BPI dihitung dengan memperhitungkan tiga indikator di sektor perbankan, yakni Capital Adequacy Ratio (CAR), Nonperforming Loan (NPL), dan Liquidity Assets Ratio (LAR). Seluruh data yang digunakan memiliki frekuensi bulanan dan diolah dengan menggunakan dua macam formula, yaitu formula yang mengacu pada perhitungan Exchange Market Pressure Index (EMPI) dan formula yang mengacu pada perhitungan Financial Stability Index (FSI). Nilai indeks berada pada rentang 0 – 100, yang berarti bahwa semakin dekat nilai indeks ke angka 0 semakin besar tekanan yang terjadi di sektor perbankan, vice versa.

Per Mei 2016, nilai indeks BPI formula EMPI turun dari 55,02 ke 47,73 sedangkan nilai indeks BPI formula FSI naik dari 90,12 ke 94,39. Secara umum, tekanan yang terjadi di sektor perbankan Indonesia dapat dikatakan mengalami peningkatan, karena adanya kenaikan pada jumlah kredit macet (Non-Performing Loan) atau NPL pada periode April 2016 hingga Mei 2016 dari 2,93 persen menjadi 3,11 persen. Kenaikan NPL ini menjadikan risiko di sektor perbankan meningkat. Di sisi lain, angka rasio kecukupan modal (CAR) meningkat dari 21,95 menjadi 22,41 sedangkan rasio aset likuid atau LAR turun tipis dari 17,74 menjadi 17,71.

 

2.     Apresiasi nilai tukar rupiah dan meningkatnya cadangan devisa menurunkan tekanan pasar

 

Gambar 32 Indeks Tekanan Perbankan Formula FSI, 2013 – 2016

Melemahnya tekanan di pasar valuta asing pada Juni 2016

empi

Sumber: CEIC (2016), diolah

Exchange Market Pressure Index merupakan indikator yang menggambarkan kondisi terkini tekanan pada pasar valuta asing (valas). Indeks ini disusun dari komposit tiga variabel yaitu nilai tukar rupiah terhadap USD, cadangan devisa, dan suku bunga JIBOR. Semua data dalam frekuensi bulanan dan telah dinormalisasi menggunakan metode yang diterapkan oleh Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart (1998, 1999). Nilai indeks berada pada rentang skala 0 – 100, semakin mendekati 100 semakin besar tekanan yang diterima oleh pasar valas. Adapun sebaliknya semakin mendekati 0, maka semakin kecil tekanan yang diterima oleh pasar valas.

Pada Juni 2016 nilai EMPI mengalami penurunan menjadi 34,65 nilai skala, dengan nilai EMPI pada bulan sebelumnya sebesar 51,85. Nilai EMPI pada Juni 2016 ini sangat jauh dari ambang batas pertama yaitu sebesar 63,67 poin. Kondisi ini mengindikasikan berkurangnya tekanan terhadap rupiah di pasar valas. Apresiasi nilai tukar rupiah merupakan salah satu kontributor utama terhadap penurunan tekanan ini. Pada Juni 2016, nilai tukar rupiah terhadap USD adalah sebesar Rp 13.180/USD, dengan kata lain pada Juni 2016 lalu nilai tukar rupiah mengalami apresiasi sebesar 3.19 persen m-t-m. Kenaikan cadangan devisa juga menjadi salah satu penyebab dari penurunan nilai EMPI. Cadangan devisa Indonesia pada Juni 2016 lalu menunjuk pada angka US$ 109,79 miliar, sedangkan pada Mei 2016 cadangan devisa Indonesia adalah sebesar US$ 103,59 miliar, mengalami kenaikan sebesar 5,98 persen.


Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.