Home » Tak Berkategori » Perkembangan Moneter 2013:I

Perkembangan Moneter 2013:I

A.Jumlah Uang Beredar

gambar 4

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik, likuiditas perekonomian juga mengalami perlambatan. Pada Desember 2012, pertumbuhan M2 menurun menjadi 14,9% (YoY) dibandingkan dengan Desember 2011 yang tercatat sebesar 16,4% (YoY). Sebagaimana halnya dengan pertumbuhan M2, pertumbuhan M1 juga menurun menjadi 16,4% (YoY) pada Desember 2012 dibandingkan dengan Desember 2011 yang mencapai 19,4% (YoY). Perlambatan pertumbuhan likuiditas perekonomian (M1 dan M2) tersebut disebabkan oleh sumbangan giro rupiah yang menurun akibat dari perlambatan kredit yang sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi domestik dari 6,5% pada tahun 2011 menjadi 6,23% pada tahun 2012.

 

B.Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi year on year (Februari 2013 terhadap Februari 2012) tercatat sebesar 5,31%, meningkat signifikan dibandingkan inflasi pada bulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,56%. Andil inflasi Februari 2013 (YoY) didominasi oleh harga yang bergejolak yaitu sebesar 11,02%, harga diatur pemerintah 2,91 %, dan komponen inti 4,29%.

 gambar 5

Inflasi Februari 2013 dipengaruhi inflasi umum yang tercatat mencapai 0,75%, inflasi inti 0,30%, harga diatur pemerintah 0,72%, dan harga bergejolak 2,32%. Tingginya harga diatur pemerintah memperlihatkan pengaruh kenaikan tariff dasar listrik. Dengan demikian, inflasi tahun kalender (Januari – Februari 2013) tercatat sebesar 1,79%, dan tingkat inflasi komponen inti tercatat sebesar 0,66%.

Kenaikan inflasi pada Februari 2013 dipicu oleh tiga faktor. Pertama, berasal dari naiknya harga-harga kebutuhan masyarakat khususnya bahan pangan akibat pengaruh cuaca dan banjir di sebagian wilayah Indonesia. Cuaca yang buruk terjadi belakangan ini dan banjir di beberapa wilayah Indonesia menyebabkan terhambatnya distribusi dan transportasi barang-barang kebutuhan di masyarakat.

Selain itu, komponen pendorong naiknya inflasi Februari 2013 juga tercatat dari kebijakan pemerintah yang menerapkan naiknya tarif dasar listrik dan naiknya upah minimum provinsi yang mulai berlaku Januari 2013.

Faktor ketiga adalah dampak dari kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor hortikultura yang memicu kenaikan harga sayur-mayur dan buah-buahan. Sebagaimana diketahui, pemerintah melalukan pelarangan impor terhadap beberapa produk hortikultura yang mulai berlaku efektif Januari 2013. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No 60 Tahun 2012 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) yang ditandatangani 24 September 2012 dan Peraturan Menteri Perdagangan No 60 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura yang ditandatangani 21 September 2012. Adapun tiga belas jenis hortikultura impor yang tidak diperkenankan beredar di pasar domestik dalam jangka waktu Januari – Juni 2013 adalah kentang, kubis, wortel, cabai, nanas, durian, pisang, melon, pepaya, mangga, bunga krisan, bunga anggrek, dan bunga heliconia.

gambar 6

Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi Februari 2013 dipicu oleh adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks beberapa kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan 2,08%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,82%. Kemudian kelompok kesehatan 0,56%, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,47%, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,19%, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,08%. Sedangkan kelompok yang mengalami penurunan indeks pada Februari 2013 adalah kelompok sandang, tercatat sebesar 0,59%.

Sementara itu, berdasarkan perbandingan inflasi di 66 kota tercatat 60 kota mengalami inflasi dan 6 kota mengalami deflasi pada Februari 2013. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 3,15% dan terendah terjadi di Sibolga tercatat sebesar 0,12%. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 2,29% dan terendah di Sampit sebesar 0,01%.

Untuk wilayah di pulau Sumatera, pada Februari 2013 dari 16 kota semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Lhokseumawe tercatat sebesar 1,78% dan terendah di Sibolga sebesar 0,12%. Sementara itu, untuk periode yang sama di wilayah pulau Jawa seluruh kota yang berjumlah 23 kota, semuanya mengalami inflasi. Inflasi Februari 2013 tertinggi terjadi di Cilegon sebesar 1,23% dan terendah terjadi di Tegal sebesar 0,23%. Untuk wilayah di luar pulau Jawa dan Sumatera, pada Februari 2013 dari 27 kota tercatat 21 kota mengalami inflasi dan sisanya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura, tercatat sebesar 3,15% dan terendah terjadi di Mamuju sebesar 0,25%. Sedangkan pada Februari 2013 di wilayah ini deflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 2,29% dan terendah terjadi di sampit sebesar 0,01%.

 

C.Tingkat Suku Bunga

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI (BI Rate) pada Febuari 2013 di level 5,75%. Ini berarti sudah 12 bulan bank sentral mempertahankan BI rate sejak febuari 2012. Tingkat suku bunga tersebut dinilai BI masih konsisten dengan tekanan inflasi yang terkendali yaitu 4,5% plus minus 1 untuk 2013 – 2014. Terakhir BI rate berubah pada 9 Febuari 2012, tepatnya dari 6% menjadi 5,75%.

Seperti halnya BI rate, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga mempertahankan tingkat bunga penjaminan. LPS memandang tingkat bunga saat ini masih sejalan dengan kondisi perekonomian dan perbankan sehingga tingkat bunga penjaminan untuk simpanan dalam mata uang rupiah di bank umum dipertahankan sebesar 5,50% pada Februari 2013. Sementara itu, BI menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk tenor 9 bulan pada Februari 2013 menjadi 4,86% dari posisi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,84%.

 

D.Cadangan Devisa

Cadangan devisa Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup besar di awal tahun 2013. Sampai akhir Januari 2013, cadangan devisa RI melorot USD 4 milyar menjadi USD 108,78 milyar dari USD 112 milyar di akhir Desember 2012. Penurunan cadangan devisa pada awal tahun 2013 ini disebabkan karena kebutuhan terhadap pasokan valuta asing di dalam negeri cukup besar. Cadangan devisa per akhir Januari 2013 setara dengan 5,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

 

 E.Nilai Tukar dan Harga Saham

Dilihat secara point to point, pada Februari 2013 nilai tukar rupiah sedikit menguat ke level IDR 9667 per USD dari posisi akhir bulan sebelumnya IDR 9698 per USD. Meskipun demikian, pergerakan rupiah di bulan Februari 2013 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya menunjukkan pelemahan. Melemahnya rupiah dipicu oleh masih tingginya permintaan valuta asing domestik di tengah pasokan yang terbatas. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan di pasar valas domestik. Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga disebabkan oleh meningkatnya tekanan terhadap kinerja transaksi berjalan yang disebabkan oleh pertumbuhan ekspor yang masih terbatas dan impor yang masih tinggi, sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik.

Pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang menciptakan sentimen negatif. Kekhawatiran terhadap dampak pengetatan kebijakan fiskal Amerika Serikat, kelangsungan program stimulus ekonomi oleh The Fed, serta masih tingginya ketidakpastian prospek penanganan krisis Eropa dan kondisi ekonomi makro Eropa yang masih lemah menyebabkan masih rentannya proses pemulihan ekonomi global. Selain itu, masih rendahnya harga komoditas internasional yang menjadi basis utama ekspor Indonesia ikut menciptakan kondisi yang tidak kondusif bagi perkembangan rupiah.

Sementara itu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bulan Februari 2013 menunjukkan penguatan dibandingkan posisinya di awal tahun. Pada akhir bulan Februari 2013 IHSG bergerak di kisaran perdagangan di level 4795 meningkat dibanding bulan sebelumnya yang hanya mencapai level 4453, atau tumbuh sebesar 7,7%.


Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.