Home » Tak Berkategori » Perkembangan NPI dan Ekonomi Global 2015:IV

Perkembangan NPI dan Ekonomi Global 2015:IV

1. Neraca Pembayaran Indonesia Terdampak Perkembangan Ekonomi Global
Gambar 1 Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal III-2012 – Kuartal III-2015
Defisit Neraca Pembayaran Indonesia membesar
npi
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2015)

 

Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kian membesar pada kuartal III-2015. Pada kuartal sebelumnya NPI defisit sebesar USD 2,92 miliar, lalu di kuartal berikutnya naik menjadi USD 4,57 miliar (q-t-q defisit naik 56,07 persen). Kembali memburuknya kinerja NPI disebabkan oleh tren penyusutan surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial yang terus berlanjut meskipun defisit Neraca Transaksi Berjalan mengecil. Kinerja NPI di kuartal yang sama tahun 2014 juga lebih baik, saat itu NPI tercatat surplus sebesar USD 6,48 miliar.

Kinerja Neraca Transaksi Berjalan di kuartal III-2015 sedikit menunjukkan perbaikan. Sebelumnya di kuartal II-2015 tingkat defisit neraca ini sebesar USD 4,25 miliar, setara dengan 1,95 persen PDB. Kemudian pada kuartal III-2015 defisit tersebut mengecil menjadi USD 4,01miliar (1,86 persen PDB). Penurunan defisit terutama disebabkan oleh perbaikan kinerja pada Neraca Jasa-Jasa sebagai akibat naiknya ekspor jasa kita ke luar negeri. Sementara itu kinerja neraca-neraca yang lain (Barang, Pendapatan Primer, Pendapatan Sekunder) justru memburuk. Dilhat secara year on year, defisit transaksi berjalan turun mencapai 43,03 persen, defisit transaksi berjalan kuartal III-2014 adalah sebesar USD 7,04 miliar (3,02 persen).

Tren penyusutan surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial terus berlanjut. Surplus turun sejak kuartal III-2014 dari USD 14,73 miliar menjadi tersisa USD 1,15 miliar di kuartal III-2015 (y-o-y tumbuh -92,17 persen). Sedangkan secara q-t-q, surplus turun sebesar 48,65 persen dari USD 2,25 miliar di kuartal II-2015. Penurunan surplus terjadi karena surplus Neraca Investasi Langsung dan Neraca Investasi Portofolio turun lebih besar dibanding kenaikan surplus pada Neraca Derivatif Finansial dan Neraca Investasi Lainnya. Nilai surplus kuartal III-2015 merupakan yang terendah sejak kuartal I-2013.

 

Gambar 2 Neraca Transaksi Berjalan Kuartal III-2012 – Kuartal III-2015
Defisit Neraca Transaksi Berjalan mengecil
ca
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2015)

 

Kinerja Neraca Jasa-Jasa di kuartal III-2015 ini membaik. Walaupun sempat memburuk pada kuartal II-2015, kinerja Neraca Jasa-Jasa kembali membaik di kuartal III-2015. Defisit turun 26,46 persen, dari kuartal sebelumnya sebesar USD 2,65 miliar menjadi USD 1,95 miliar. Naiknya ekspor jasa pada Sektor Perjalanan serta Sektor Jasa Telekomunikasi, Komputer dan Informasi menjadi pendorong utama perbaikan kinerja ini. Surplus Sektor Perjalanan naik 32,43 persen dibanding kuartal sebelumnya menjadi USD 0,78 miliar. Penerimaan sektor ini meningkat karena jumlah turis asing yang masuk ke Indonesia meningkat hingga 7,37 persen. Turis asing yang berkunjung pada kuartal III-2015 tercatat sebesar 2,55 juta orang, naik 175 ribu dari kuartal II-2015. Bali, Jakarta, dan Batam secara berturut-turut masih menjadi pintu utama turis asing masuk ke Indonesia. Secara year on year, Neraca Jasa-Jasa juga menunjukkan perbaikan dari sebelumnya defisit USD 2,49 miliar di kuartal III-2014.

Di kuartal III-2015, baik Neraca Pendapatan Primer maupun Neraca Pendapatan Sekunder menunjukkan kinerja yang memburuk. Tingkat defisit Neraca Pendapatan Primer kini tercatat sebesar USD 7,36 miliar, lebih besar dibandingkan defisit kuartal II-2015 yakni USD 7,15 miliar. Secara kuartalan defisit naik 2,88 persen q-t-q. Defisit naik karena meningkatnya kewajiban untuk membayar pendapatan kepada investor di luar negeri khususnya bunga utang pada investasi portofolio dan investasi langsung. Adapun sebaliknya di Neraca Pendapatan Sekunder, penyusutan surplus lebih disebabkan oleh turunnya penerimaan Indonesia atas pendapatan dari luar negeri. Secara total, penerimaan dari sektor lainnya turun sebesar USD 0,15 miliar dari kuartal II-2015 ke kuartal III-2015. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, maka defisit Neraca Pendapatan Primer membesar 0,54 persen sedangkan surplus Neraca Pendapatan Sekunder naik 3,32 persen.

Surplus Neraca Perdagangan Barang kuartal III-2015 menurun tipis dari kuartal sebelumnya. Pada kuartal III-2015, surplus mengecil 1,82 persen menjadi USD 4,05 miliar dari USD 4,13 miliar di kuartal II-2015. Surplus turun karena kenaikan surplus Neraca Nonmigas lebih kecil daripada penurunan surplus Neraca Barang Lainnya. Neraca Nonmigas mengalami kenaikan surplus sebesar USD 0,16 miliar. Sedangkan surplus Neraca Barang Lainnya turun sebesar USD 0,22 miliar. Adapun Neraca Migas tetap defisit dengan kenaikan 0,84 persen dibanding kuartal II-2015. Meski demikian secara year on year kinerja Neraca Perdagangan Barang kita jauh lebih baik, ditopang oleh melonjaknya surplus Neraca Migas sebesar USD 1,77 miliar. Di kuartal III-2014, surplus Neraca Barang hanya sebesar USD 1,56 miliar (tumbuh 159,87 persen y-o-y).

 

Gambar 3 Neraca Perdagangan Barang Kuartal III-2012 – Kuartal III-2015
Surplus Neraca Perdagangan Barang menurun tipis
barang
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2015)

 

Surplus Neraca Nonmigas meningkat lagi di kuartal III-2015. Surplus naik sebesar 2,77 persen dari USD 5,93 miliar menjadi USD 6,10 miliar. Dengan demikian tren positif pada Neraca Nonmigas telah berlanjut selama 5 kuartal meski sempat terhenti pada kuartal I-2015. Namun perbaikan kinerja ini lebih disebabkan oleh turunnya nilai impor sebesar USD 2,90 miliar daripada oleh sisi ekspor. Yang terjadi di sisi ekspor nonmigas justru nilainya turun hingga USD 2,73 miliar daripada kuartal sebelumnya. Penurunan nilai ekspor nonmigas terbesar terjadi pada komoditas minyak sawit, produk logam dasar, dan batu bara. Masing-masing turun sebesar USD 0,74 miliar; USD 0,36 miliar; dan USD 0,33 miliar q-t-q. Turunnya nilai ekspor ketiga komoditas tersebut tidak lepas dari fenomenan penurunan harga komoditas global. Dari sisi impor, penurunan nilai impor nonmigas terbesar dialami oleh komoditas produk logam dasar, hasil pertanian lainnya, serta peralatan listrik, alat ukur dan optik. Kinerja Neraca Nonmigas secara tahunan juga membaik, ditunjukkan oleh pertumbuhan surplus year on year sebesar 40,93 persen.

Sementara itu kinerja Neraca Migas di kuartal III-2015 relatif tidak banyak berubah. Defisit kuartal sebelumnya adalah sebesar USD 2,12 miliar, kemudian naik tipis menjadi USD 2,14 miliar pada kuartal III-2015 (naik 0,84 persen q-t-q). Defisit naik karena nilai ekspor migas turun lebih besar daripada turunnya nilai impor. Di kuartal III-2015, nilai ekspor migas Indonesia sebesar USD 3,66 miliar. Adapun nilai impornya adalah USD 5,80 miliar. Ekspor minyak mentah masih menjadi andalan Indonesia di pasar minyak dunia dengan volume ekspor sebesar 28,2 mbbl, bandingkan ekspor produk kilang yang hanya 9,8 mbbl. Sebaliknya impor minyak Indonesia didominasi oleh produk kilang yakni 57,2 mbbl (64,34 persen) dengan harga beli sebesar USD 64,5 per barel. Meskipun data kuartalan menunjukkan kinerja yang memburuk, defisit Neraca Migas kuartal III-2015 masih lebih kecil dibanding kuartal III-2014 yang mencetak defisit sebesar USD 3,13 miliar (turun 31,85 persen y-o-y).

Setelah selalu mencatatkan surplus sejak kuartal IV-2011, saldo Neraca Investasi Portofolio kini menjadi defisit di kuartal III-2015. Angka defisit, tidak main-main, mencapai USD 2,21 miliar. Di kuartal sebelumnya Indonesia masih mengalami surplus investasi portofolio sebesar USD 5,68 miliar. Keluarnya dana-dana asing dari Indonesia merupakan penyebab terjadinya defisit ini. Dari sisi kewajiban, jual neto asing terjadi pada instrumen SBI, SBN, saham-saham dan surat utang perusahaan swasta domestik. Masih belum pastinya kenaikan Fed Fund Rate (FFR) serta kebijakan devaluasi Yuan oleh Tiongkok mendorong terjadinya perubahan arah pada Neraca Investasi Portofolio Indonesia. Investor asing tengah berjaga-jaga dengan menempatkan dananya ke negara yang memiliki risiko pasar keuangan lebih kecil. Secara year on year, surplus telah turun USD 9,62 miliar atau setara dengan tumbuh negatif sebesar 129,84 persen.

 

Gambar 4 Neraca Transaksi Modal dan Finansial Kuartal III-2012 – Kuartal III-2015
Tren penurunan Surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial terus berlanjut
modal-finansial
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2015)

 

Surplus Neraca Investasi Langsung kuartal III-2015 turun 10,37 persen q-t-q. Surplus turun dari USD 3,06 miliar di kuartal II-2015 menjadi USD 2,75 miliar. Penyebabnya adalah penurunan arus masuk (sisi kewajiban) lebih besar daripada penurunan arus keluar (sisi aset) sepanjang kuartal III-2015. Arus masuk tercatat turun sebesar USD 2,36 miliar menjadi USD 4,10 miliar. Sedangkan arus keluar turun sebesar USD 2,04 miliar menjadi USD 1,35 miliar. Dari sisi aset baik instrumen modal ekuitas mengalami penurunan defisit sedangkan instrumen utang berbalik surplus. Dari sisi kewajiban, baik instrumen modal maupun utang mengalami penurunan surplus. Bahkan instrumen utang untuk pertama kalinya sejak tahun 2010 tercatat defisit sebesra USD 0,63 miliar. Demikian pula secara year on year surplus Neraca Investasi Langsung Indonesia juga turun 54,34 persen.

Neraca Investasi Lainnya akhirnya kembali surplus setelah dua kuartal berturut-turut defisit. Saldo Neraca Investasi Lainnya berbalik arah dari defisit USD 6,50 miliar di kuartal II-2015 menjadi surplus USD 0,38 miliar pada kuartal berikutnya. Terjadinya perubahan arah ini disebabkan turunnya defisit di sisi aset dan surplus di sisi kewajiban. Defisit sisi aset mengecil dari USD 4,32 miliar menjadi USD 2,02 miliar di kuartal III-2015 karena turunnya penempatan uang dan simpanan sektor swasta domestik di luar negeri. Adapun surplus USD 2,40 miliar di sisi kewajiban terjadi karena baik sektor publik maupun swasta berhasil mencetak surplus dalam transaksi investasi lainnya. Namun jika dilihat secara tahunan besarnya surplus kuartal III-2015 lebih kecil daripada di kuartal III-2014 yang saat itu surplusnya sebesar USD 1,36 miliar.

 

2. Brazil dan Rusia Resesi Ekonomi Jepang Melaju Lebih Cepat
Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Riil Kuartal I-2014 – Kuartal III-2015 (% y-o-y)
Perekonomian global mayoritas melambat
t6
Catatan: Kawasan Uni Eropa mencakup 28 negara yaitu Belanda, Belgia, Italia, Jerman, Luksemburg, Perancis, Britania Raya, Denmark, Irlandia, Yunani, Portugal, Spanyol, Austria, Finlandia, Swedia, Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania, Malta, Polandia, Siprus, Slovenia, Slowakia, Bulgaria, Rumania, Kroasia.
Sumber: CEIC Generate dan Trading Economics (2015)

 

Di kuartal III-2015 pertumbuhan ekonomi negara maju cenderung melambat, namun trennya masih bergerak ke arah yang lebih tinggi. Amerika Serikat, Uni Eropa dan Britania Raya memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. Masing-masing secara berurutan tumbuh sebesar 2,17 persen; 1,89 persen; dan 2,25 persen. Hanya Jepang yang berhasil tumbuh lebih tinggi yakni 1,67 persen, melanjutkan tren positif dari kuartal sebelumnya. Hal ini tidak lepas dari agenda abenomics yang bertujuan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi Jepang keluar dari resesi.

Brasil dan Rusia masih terjerembap dalam badai resesi. Ekonomi Brasil kembali menyusut, kali ini sebesar 4,45 persen. Sejak kuartal II-2014, Brasil terus mengalami pertumbuhan negatif. Akibatnya peringkat obligasi Brasil diturunkan ke level junk bond oleh beberapa lembaga pemeringkat. Rusia yang tertekan oleh anjloknya harga minyak global juga masih mengalami penyusutan ekonomi sejak kuartal I-2015. Di kuartal III-2015, ini ekonomi rusia menyusut 4,1 persen y-o-y. Ekonomi Tiongkok tetap tumbuh namun dengan tingkat pertumbuhan yang lebih rendah daripada kuartal sebelumnya yakni 6,90 persen. Sementara itu India, Afrika Selatan dan Indonesia berhasil mencetak angka pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, secara berurutan yakni 7,43 persen; 0,7 persen; dan 4,73 persen. India berpotensi menggantikan Tiongkok sebagai motor penggerak ekonomi negara-negara Emerging Market.

 

2. Harga Minyak Dunia Terus Turun Akibat OPEC Terus Menggenjot Produksinya Seperti Biasa
Gambar 5 Indeks Komoditas, 2010-2015
Indeks komoditas terus menurun hingga Desember
komoditas
Sumber: Bank Dunia (2016)

 

Era baru bagi komoditas telah muncul. Tampaknya komoditas mencari ekuilibrium yang baru. Sudah saatnya untuk beralih dari ekspor barang mentah menjadi ekspor barang jadi. Indonesia telah mulai dengan pembangunan smelter. Kebijakan berjangka panjang ini memang berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di jangka pendek. Efek mulai terasa di pertumbuhan ekonomi.

Tiongkok meninggalkan utang yang besar karena pembangunan konstruksi besar-besaran dan kelebihan kapasitas di beberapa industri. Rendahnya harga komoditas diikuti oleh rendahnya inflasi. Harga minyak mentah diprediksi akan turun lagi. Saudi Arabia masih akan memompa minyak mentah secara maksimal, untuk membanjiri pasar minyak mentah dunia. Hal ini salah satujnya akan memaksa produsen berbiaya tinggi keluar dari pasar. Arab Saudi sejauh ini masih mampu menerima harga minyak mentah yang terus turun. Sedangkan produksi minyak AS tetap tinggi dan eropa telah mengangkat sanksi perdagangan untuk Iran, sehingga minyak bisa mengalir lagi.

 

Gambar 6 Grafik Harga Batubara dan Minyak Mentah Jenis Brent dan West Texas Intermediate, November 2010-2015
Oversupply terus berlanjut, permintaan dunia lemah, harga minyak dan batubara turun
Energi
Sumber: Bank Dunia (2016)

 

Harga minyak mentah dunia diprediksi masih akan menurun apabila OPEC tidak menurunkan target lifting minyaknya. Arab Saudi membutuhkan harga minyak mentah sebesar USD 85/barel untuk membiayai pengeluaran publiknya dan butuh USD 60/barel untuk menjaga transaksi berjalan. Lebih lanjut lagi, cadangan devisa yang dimiliki oleh Arab Saudi masih mampu menahan perekonomian Arab Saudi jika harga minyak mentah mneyentuh USD 30/barel.

Penurunan harga minyak mentah ini telah menurunkan kilang minyak di Amerika Serikat dari 1500 menjadi 538 unit. Namun, produksi AS tetap tinggi. Sanksi Eropa terhadap Iran juga telah dicabut, sehingga ekspektasi minyak dari Iran akan mengalir kembali. Batubara diprediksi masih akan menunggu kebangkitan ekonomi Tiongkok.

Desember 2015, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate sebesar USD 37,24/barel, Dated Brent USD 37,72/barel, Batubara sebesar USD 56,04/metrik ton. November 2015, harganya sebesar USD 42,65/barel, turun sebesar 7,68% dari bulan Oktober 2015, dan turun 10,4% dari awal tahun 2015. Harga minyak mentah jenis Brent sebesar USD 44,42/Barel, turun sebesar 7,69% dari bulan Oktober 2015, dan turun 8,26% dari awal tahun 2015. Harga batubara sebesar USD 56,25/metrik ton, naik sebesar 0,64% dari bulan Oktober 2015, dan turun 15,46% dari awal tahun 2015.

 

Gambar 7 Harga Tembaga, Timah, Nikel, dan Bijih Besi, November 2010-2015
Permintaan mineral dari Tiongkok melemah, harga masih turun
Mineral
Sumber: Bank Dunia (2016)

 

Tiongkok merupakan importer terbesar logam dari seluruh dunia. Saat ini, perekonomian Tiongkok sedang mencari momennya untuk kembali bangkit. Harga tembaga jatuh karena penguatan dolar AS yang menutup harapan pemotongan pasokan dari produsen tembaga di Tiongkok. Secara umum, permintaan tembaga dari Tiongkok dan dunia sedang melemah. Hal yang sama juga terjadi kepada jenis logam seperti timah, nikel, dan besi.

Desember 2015, harga tembaga sebesar USD 4638,83/metrik ton. November 2015, harga tembaga sebesar USD 4799,9/metrik ton, turun sebesar 7,98% dari bulan Oktober 2015, dan turun 17,68% dari awal tahun 2015. Harga timah sebesar USD 14745,29/metrik ton, turun sebesar 6,64% dari bulan Oktober 2015, dan turun 24,2% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 USD 14.691). Harga nikel sebesar USD 9244,33/metrik ton, turun sebesar 10,4% dari bulan Oktober 2015, dan turun 37,75% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 USD 8707). Harga besi mentah sebesar USD 46,16/metrik ton, turun sebesar 12,48% dari bulan Oktober 2015, dan turun 31,5% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 USD 39,6).

 

Gambar 8 Harga Jagung, Beras, dan Gandum, Desember 2010-2015
Oversupply, harga jagung, beras, dan gandum masih menurun
agr1
Sumber: Bank Dunia (2016)

 

Tiongkok memotong harga jagungnya untuk mengurangi stoknya yang berlebihan. Hal ini dilakukan agar konsumen domestik membeli jagung domestik daripada menggunakan substitusi jagung yang lebih murah. Hal ini mempengaruhi harga jagung dunia.

Cadangan beras india mulai menipis. Cuaca juga kurang mendukung dengan hujan yang kurang. Peningkatan harga bisa saja terjadi beberapa bulan ke depan. Tetapi data menunjukkan penurunan harga beras internasional. Perdagangan beras Thailand membaik, pembelian beras dari Tiongkok dan Indonesia berjalan lancar. Harga beras mulai stabil. Penurunan harga semakin kecil. Kabar kurang baik datang dari gandum. Prediksi dari pemerintah Amerika Serikat akan tingginya produksi gandum ke depan menurunkan harga gandum. Permintaan akan gandum juga menurun.

November 2015, harga jagung sebesar USD 166,03/metrik ton, turun sebesar 3,13% dari bulan Oktober 2015, dan turun 4,97% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 163,95). Harga beras sebesar USD 358,38/metrik ton, turun sebesar 0,57% dari bulan Oktober 2015, dan turun 12,52% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 USD 354/metrik ton). Harga gandum sebesar USD 157,74/metrik ton, turun sebesar 4,63% dari bulan Oktober 2015, dan turun 36,51% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 USD 163,79).

 

Gambar 9 Harga Kedelai, Gula, dan Sawit, Desember 2010-2015
Minyak kelapa sawit dan kedelai menurun, harga gula meningkat
agr2
Sumber: Bank Dunia (2016)

 

Amerika Serikat dan Brazil sebagai negara pengekspor kedelai terbesar dunia mengalami kelebihan cadangan kedelai karena panen yang sangat baik tahun ini. Pasokan yang di atas target ini kembali menurunkan harga kedelai dunia.

Peningkatan harga gula terjadi karena pasokan gula di Brazil digunakan untuk mengolah bahan bakar dari ethanol yang membutuhkan gula. Hal tersebut mengurangi pasokan gula untuk pemanis dan bahan makanan. Akibatnya, harga gula meningkat. India dan Thailand juga mengalami kekeringan yang menipiskan pasokan gula dunia.

November 2015, Indonesia dan Malaysia membentuk badan yang akan mengatur stabilitas harga melalui pengaturan produksi di pasar global. Sebagai 2 negara penghasil 85% produksi kelapa sawit dunia, badan ciptaannya akan mampu mengatur harga minyak kelapa sawit dunia. Peningkatan harga terjadi karena kekeringan di Indonesia dan pengalihan minyak kelapa sawit untuk biodiesel dari 15 % ke 20%. Akibatnya pasokan untuk industri lainnya berkurang. Hal tersebut mengingkatkan harga minyak kelapa sawit.

November 2015, harga kedelai sebesar USD 319,08/metrik ton, turun sebesar 2,55% dari bulan Oktober 2015, dan turun 13,17% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 USD 323,32). Harga gula sebesar US 14,89 sen/pon, naik sebesar 5,3% dari bulan Oktober 2015, dan turun 1,13% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 USD 15). Sedangkan harga minyak kelapa sawit sebesar USD 503,16/metrik ton, turun sebesar 5,11% dari bulan Oktober 2015, turun sebesar 21,58% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 USD 520,58).

 

Gambar 10 Harga Coklat dan Kopi, Desember 2010-2015
Coklat semakin mahal, kopi kembali turun harga
agr3
Sumber: Bank Dunia (2016)

 

Penurunan harga kopi yang kembali berlanjut ini terpengaruh oleh ekspor kopi dari Viet Nam. Produsen kopi terbesar adalah Brazil, diikuti oleh Viet Nam. Viet Nam mulai mengekspor kembali kopinya setelah selama setahun menolak menjual di pasar internasional. Akibatnya harga kopi internasional kembali turun.

Harga coklat terus merangkak naik. Perlu dicermati bahwa saat ini biji coklat merupakan komoditas termahal secara relatif. Peningkatan harga terjadi karena cuaca kering disebabkan oleh El Nino mengurangi produksi biji coklat di Pantai Gading, Ghana, dan Indonesia. Peningkatan harga semakin tidak dapat dielakkan lagi karena konsumsi coklat dari negara-negara Eropa tetap tinggi.

November 2015, harga biji coklat sebesar USD 3360,84/metrik ton, naik sebesar 5,11% dari bulan Oktober 2015, dan naik 15,27% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 USD 3346,25). Harga kopi sebesar US 14,89 sen/pon, turun sebesar 3,21% dari bulan Oktober 2015, dan turun 21,98% dari awal tahun 2015 (Desember 2015 USD 149.52).


Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.