Home » Tak Berkategori » Perkembangan NPI dan Ekonomi Global 2016:I

Perkembangan NPI dan Ekonomi Global 2016:I

A.   Neraca Pembayaran Indonesia

1.     Neraca Pembayaran Indonesia tak lagi defisit

Gambar 30 Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal IV-2012 – Kuartal IV-2015

Neraca Pembayaran Indonesia akhirnya surplus

npi

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2016)

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kembali surplus setelah dua kuartal sebelumnya defisit. Di kuartal IV-2015 NPI surplus sebesar USD 5,1 miliar karena surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial yang meningkat pesat hingga 3.317 persen q-t-q. Tingkat surplus ini juga lebih tinggi daripada surplus kuartal IV-2014 yang hanya separuhnya (USD 2,41 miliar). Secara year on year surplus bertambah 111,15 persen.

Kendati surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial melonjak tajam, namun defisit Neraca Transaksi Berjalan juga lebih tinggi dari kuartal III-2015. Surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial kuartal IV-2015 adalah sebesar USD 9,53 miliar (tumbuh 3.317,9 persen q-t-q) sedangkan defisit Neraca Transaksi Berjalan USD 5,11 miliar (tumbuh 22,06 persen q-t-q). Kenaikan defisit Neraca Transaksi Berjalan terutama disebabkan oleh turunnya surplus Neraca Perdagangan Barang sebesar 52,84 persen q-t-q sementara Kenaikan surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial terjadi karena semua jenis neraca (Investasi Langsung, Portofolio, Derivatif Finansial, Lainnya) tidak ada satu pun yang bersaldo negatif. Year on year surplus/defisit kedua neraca tumbuh negatif: -0,46 persen (surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial) dan -14,08 persen (defisit Neraca Transaksi Berjalan).

 

Gambar 31 Neraca Transaksi Berjalan Kuartal IV-2012 – Kuartal IV-2015

Defisit Neraca Transaksi Berjalan membesar

neraca-transaksi-berjalan

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2016)

Defisit Neraca Jasa-Jasa di kuartal IV-2015 mengecil dari USD 2,15 miliar menjadi USD 1,85 miliar. Secara q-t-q defisit turun 14,19 persen. Turunnya defisit pada Neraca Transportasi serta kenaikan surplus pada Neraca Perjalanan dan Neraca Konstruksi menjadi penyebab utama terjadinya penurunan ini. Surplus Sektor Perjalanan naik 20,36 persen dibanding kuartal sebelumnya menjadi USD 0,95 miliar. Hal ini diakibatkan oleh turunnya kunjungan wisata WNI ke luar negeri. Jumlah turis asing yang datang ke Indonesia di kuartal IV-2015 turun 19.860 orang q-t-q. Sedangkan jumlah WNI yang berwisata ke luar negeri turun lebih banyak yaitu 194.690 orang. Year on year defisit neraca jasa turun 27,93 persen.

Di kuartal IV-2015, Kinerja Neraca Pendapatan Primer dan Neraca Pendapatan Sekunder membaik. Defisit Neraca Pendapatan Primer mengecil USD 0,88 miliar (turun 11,76 persen q-t-q) karena tingkat pembayaran bunga surat utang yang lebih rendah dari kuartal III-2015. Pembayaran bunga surat utang pada investasi langsung turun USD 0,05 miliar dan pada investasi portofolio turun USD 0,80 miliar. Adapun surplus Neraca Pendapatan Sekunder naik tipis karena penerimaan pemerintah naik 724,32 persen q-t-q menjadi USD 0,12 miliar dan pembayaran transfer lainnya turun 10,72 persen q-t-q menjadi USD 0,46 miliar. Year on year surplus/defisit kedua neraca tumbuh negatif: -9,13 persen (defisit Neraca Pendapatan Primer) dan -3,06 persen (surplus Neraca Pendapatan Sekunder).

Surplus Neraca Perdagangan Barang kuartal IV-2015 mengalami penurunan drastis, dari sebelumnya USD 4,14 miliar (kuartal III-2015) menjadi USD 1,95 miliar. Penurunan surplus ini disebabkan oleh lebih besarnya penurunan surplus Neraca Nonmigas (turun USD 3,17 miliar) dibandingkan penurunan defisit Neraca Migas (turun USD 1,13 miliar). Dari sisi Non Migas, merosotnya surplus merupakan hasil kombinasi turunnya nilai ekspor dan membengkaknya impor. Nilai ekspor Indonesia turun karena masih lemahnya permintaan dari Tiongkok. Dari sisi Migas, penurunan harga minyak mentah dan naiknya nilai ekspor gas Indonesia membuat defisit migas mengecil menjadi USD 0,98 miliar, tingkat defisit paling kecil sejak kuartal IV-2012. Di kuartal IV-2015 ini harga minyak bumi turun di bawah USD 40 per barel, terendah sejak kuartal II-2004. Baik q-t-q dan y-o-y, surplus tumbuh negatif. Masing-masing sebesar – 52,84 persen dan -20,22 persen secara berurutan.

 

Gambar 32 Neraca Transaksi Modal dan Finansial Kuartal IV-2012 – Kuartal IV-2015

Tren penurunan surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial terhenti

neraca-transaksi-modal

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2016)

Saldo Neraca Investasi Portofolio yang sebelumnya negatif di kuartal III-2015 kini berubah menjadi positif. Kuartal III-2015 Neraca Investasi Portofolio defisit sebesar USD 2,22 miliar lalu berbalik arah menjadi surpus USD 2,32 miliar di kuartal berikutnya (tumbuh 204,37 persen q-t-q). Masuknya kembali dana-dana asing khususnya di instrumen surat utang pemerintah menjadi pendorongnya. Investor asing sebagian besar menempatkan dananya pada surat utang pemerintah jangka panjang (net beli sebesar USD 5,69 miliar). Net jual asing atas saham-saham dan surat utang swasta domestik juga tercatat lebih rendah dari kuartal sebelumnya (turun USD 1,13 miliar). Dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya, surplus saat ini juga lebih tinggi USD 0,43 miliar (tumbuh 22,99 persen).

Neraca Investasi Langsung dan Neraca Investasi Lainnya memperlihatkan kenaikan surplus di kuartal IV-2015. Surplus Neraca Investasi Langsung naik 29,95 persen q-t-q menjadi USD 2,32 miliar. Penyebabnya adalah baik dari sisi aset maupun kewajiban mengalami perbaikan kinerja. Dari sisi aset surplus instrumen utang meningkat 73,78 persen qtq dari USD 0,26 miliar menjadi USD 0,45 miliar. Dari sisi kewajiban, naiknya surplus lebih disebabkan oleh turunnya capital outflow pada instrumen utang sebesar 24,74 persen q-t-q atau setara dengan USD 4,64 miliar. Namun demikian capital inflow ke surat utang juga turun dari USD 17,46 miliar menjadi USD 12,87 miliar. Sementara itu surplus Neraca Investasi Lainnya naik mencapai 454,34 persen q-t-q. Kenaikan yang signifikan ini disebabkan saldo pada sisi aset yang tercatat surplus USD 1,15 miliar, sebelumnya sejak kuartal I-2015 selalu defisit. Sebaliknya dari sisi utang, surplus sektor publik menyusut 77,36 persen q-t-q menjadi tersisa USD 0,38 miliar karena pemerintah banyak melakukan pembayaran pinjaman luar negeri di akhir tahun.

 

A.   Perkembangan Ekonomi Global dan Pasar Komoditas

1.     Indikator output tidak menunjukkan sinyal yang baik

Tabel 4 Pertumbuhan Ekonomi Riil Kuartal IV-2014 – Kuartal IV-2015 (% y-o-y)

Perlambatan ekonomi kembali melanda dunia

pertumbuhan-ekonomi-negara2
Sumber: CEIC Generate (2016)
Catatan: Kawasan Uni Eropa mencakup 28 negara yaitu Belanda, Belgia, Italia, Jerman, Luksemburg, Perancis, Britania Raya, Denmark, Irlandia, Yunani, Portugal, Spanyol, Austria, Finlandia, Swedia, Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania, Malta, Polandia, Siprus, Slovenia, Slowakia, Bulgaria, Rumania, Kroasia.

Semua anggota negara maju mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya. Ekonomi Amerika Serikat (AS) hanya tumbuh kurang dari dua persen (1,98 persen), pertama kalinya sejak kuartal I-2014. Hal ini menunjukkan AS belum benar-benar pulih dari krisis. Sementara itu kawasan Uni Eropa secara keseluruhan tumbuh sedikit lebih kecil yaitu 1,84 persen. Britania Raya juga tumbuh lebih kecil yaitu 2,11 persen setelah di kuartal sebelumnya sebesar 2,20 persen. Adapun Jepang, pertumbuhan ekonominya kembali berada di bawah satu persen.

Sementara negara ekonomi berkembang (emerging market) lainnya melambat, Indonesia tumbuh lebih tinggi. Indonesia mencetak pertumbuhan ekonomi sebesar 5,04 persen di kuartal IV-2015, lebih tinggi 0,3 persen dari kuartal III-2015. Sebaliknya negara lain melambat. Dua motor pertumbuhan negara ekonomi berkembang (Tiongkok dan India) hanya tumbuh masing-masing sebesar 6,80 persen dan 7,26 persen. Kondisi resesi di Brasil kian memburuk, sebelumnya berkontraksi sebesar 4,46 persen, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi negatif sebesar 5,95 persen. Sedangkan bagi Afrika Selatan, kuartal IV-2015 menandakan periode pertumbuhan ekonomi terendah sejak tahun 2010. Afrika Selatan hanya tumbuh 0,33 persen walaupun lebih baik dibanding Brasil dan Rusia yang diterjang badai resesi.


Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.