1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Mengalami Perlambatan
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia melambat pada Kuartal II-2015. Di kuartal ini, PDB Indonesia tumbuh sebesar 4,67 persen y-o-y. Apabila dibandingkan dengan Kuartal I-2015 ketika ekonomi tumbuh sebesar 4,72 persen, angka tersebut menunjukkan terjadinya perlambatan. Turunnya laju pertumbuhan PDB ini melanjutkan tren sebelumnya, mengingat sebelumnya ekonomi Indonesia juga mengalami perlambatan dari semula 5,01 persen (Kuartal IV-2015) menjadi 4,72 persen. Pertumbuhan PDB Indonesia Kuartal II-2015 merupakan yang terendah, setidaknya sejak Kuartal I-2013. Perlambatan laju pertumbuhan ini salah satunya dipicu oleh adanya kecenderungan melemahnya pertumbuhan ekonomi global, utamanya negara-negara mitra dagang Indonesia seperti Tiongkok dan Amerika Serikat.
Ditinjau dari sisi produksi, perlambatan pertumbuhan terjadi di hampir semua sektor, kecuali sektor industri. Pada Kuartal II-2015, sektor primer yang terdiri dari lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, serta pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 1,63 persen y-o-y. Ini lebih rendah bila dibandingkan dengan Kuartal I-2015 (1,85 persen) maupun dengan kuartal yang sama di tahun sebelumnya (3,42 persen). Pada sektor primer, lapangan usaha pertanian mencatat peningkatan laju pertumbuhan pada Kuartal II-2015 (6,64 persen) dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (4 persen). Akan tetapi, peningkatan laju pertumbuhan pada lapangan usaha pertanian tersebut tidak diikuti oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang mengalami kontraksi lebih dalam dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Subsektor pertambangan dan penggalian mencatatkan pertumbuhan sebesar -5,87 persen pada Kuartal II-2015 dari sebelumnya tumbuh sebesar -1,23 persen y-o-y pada Kuartal I-2015. Kontraksi tadi meneruskan tren pada kuartal sebelumnya, yaitu ketika lapangan usaha pertambangan dan penggalian mencatat pertumbuhan negatif sebesar -1,23 persen dari semula mencatat pertumbuhan positif sebesar 2,23 persen pada Kuartal IV-2014. Hal tersebut tidak mengherankan, mengingat adanya pemberlakuan UU Mineral dan Batu Bara terhitung mulai Januari 2014 yang membatasi ekspor wujud mentah dari komoditas terkait. Sektor jasa juga mengalami kejadian serupa dengan menunjukkan perlambatan pertumbuhan dari semula 5,72 persen pada Kuartal I-2015 menjadi 5,08 persen pada Kuartal II-2015. Di sisi lain, pada kuartal ini sektor industri justru mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 0,45 percentage point (pp) menjadi sebesar 4,42 persen dari sebelumnya 3,97 persen y-o-y pada Kuartal I-2015.
Gambar 1 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha, 2012 – 2015 y-o-y
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Melambat pada Kuartal II-2015
Catatan:
Sektor Primer: (1) Pertanian Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan Penggalian
Sektor Industri: (1) Industri Pengolahan
Sektor Jasa: (1) Pengadaan Listrik dan Gas; (2) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; (3) Konstruksi; (4) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; (5)Transportasi dan Pergudangan; (6) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;
(7) Informasi dan Komunikasi; (8) Jasa Keuangan dan Asuransi; (9) Real Estat; (10) Jasa Perusahaan; (11) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; (12) Jasa Pendidikan; (13) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; (14) Jasa Lainnya.
Sumber: BPS dan CEIC
Sementara itu, per Agustus 2015 Indeks Penjualan Eceran Riil (IPR) tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan Agustus 2014 (167,7 poin ke 185,4 poin), begitu juga dengan Indeks Tendensi Bisnis (ITB) yang meningkat dibandingkan dengan kuartal I-2015 (96,3 poin ke 105,46 poin). Namun, bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, IPR justru mengalami penurunan sebesar 6,9 basis poin (192,3 poin ke 185,4 poin). Peningkatan IPR pada Agustus 2015 mengindikasikan bahwa tekanan harga pada Agustus 2015 mengalami penurunan. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada Kuartal II-2015 tercatat meningkat sebesar 9,16 basis poin dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (96,3 poin ke 105,46 poin). Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara umum, pada kuartal ini optimisme pelaku bisnis membaik.
Gambar 2 Indeks Penjualan Eceran Riil, Agustus 2011-Agustus 2015
Indeks Penjualan Eceran Riil meningkat pada Agustus 2015 Indeks
Sumber: BI dan CEIC
Gambar 3 Pejualan Mobil, Motor, dan Semen, Kuartal I-2012 – Kuartal II-2015
Tendensi Bisnis meningkat pada Kuartal II-2015
Sumber: BPS dan CEIC
Gambar 4 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2012 – 2015 y-o-y
Pada Kuartal II-2015, Perlambatan Ekonomi Indonesia Didorong oleh Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah, dan Investasi
Sumber: BPS dan CEIC (2015)
Pada Kuartal II-2015, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan tertinggi di antara komponen pengeluaran lainnya (4,97 persen y-o-y), akan tetapi melambat bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (5,01 persen y-o-y pada Kuartal I-2015). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2015 juga melambat dibandingkan dengan Kuartal II-2014 (5,14 persen). Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini terjadi seiring menurunnya indeks keyakinan konsumen yang secara year on year dibandingkan dengan Kuartal I-2015 (116,9 poin ke 111,3 poin). Meski begitu, tekanan inflasi yang menurun selama periode Juli-Agustus 2015 mendorong naik angka penjualan motor dan semen pada Agustus 2015. Hal tersebut mengindikasikan bahwa daya beli konsumen pada periode Juli-Agustus 2015 mengalami peningkatan. Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi pemerintah berikut Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menurun pada Kuartal II-2015, masing-masing sebesar 2,28 persen dan 3,55 persen y-o-y. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal ini lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (2,71 persen ke 2,28 persen) pascapengalihan subsidi BBM ke sektor produktif semenjak November 2014, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan Kuartal II-2014 (-1,50 persen ke 2,28 persen y-o-y).
Ekspor Indonesia mencatatkan kontraksi yang lebih kecil, yaitu sebesar -0,13 persen dibandingkan kuartal sebelumnya saat ekspor hanya tumbuh sebesar -0,88 persen year on year. Berkurangnya kontraksi ekspor ini dapat disebabkan antara lain oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang mendorong daya saing ekspor Indonesia. Sementara itu, angka pertumbuhan ekspor year on year yang masih negatif ini dipicu di antaranya oleh pemberlakuan UU Mineral dan Batu Bara yang membatasi ekspor produk-produk mineral mentah. Terakhir, perlambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara mitra dagang Indonesia seperti Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat, juga ikut menjadi penyebab masih negatifnya angka pertumbuhan ekspor pada kuartal ini.
Gambar 5 Indeks Keyakinan Konsumen, 2010 -2015
Indeks Keyakinan Konsumen Menurun pada Kuartal-II 2015
Sumber: BPS, BI, dan CEIC (2015)
Gambar 6 Penjualan Mobil, Motor, dan Semen, 2010 -2015
Penjualan Mobil dan Semen Meningkat pada Kuartal II-2015
Sumber: ASTRA International, GAIKINDO, Asosiasi Semen Indonesia, dan CEIC (2015)
2. Tingkat Kemiskinan Meningkat
Gambar 7 Jumlah Penduduk Miskin, 2012-2015
Jumlah Penduduk Miskin Bertambah pada Maret 2015
Sumber: BPS dan CEIC (2015)
Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2015 (5,01 persen ke 4,71 persen y-o-y), jumlah penduduk miskin pada Maret 2015 meningkat bila dibandingkan dengan Sepetember 2014. Jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat sebanyak 28,59 juta jiwa atau sebesar 11,2 persen pada Maret 2015. Setelah pada dua periode sebelumnya terjadi tren penurunan jumlah penduduk miskin, (28,28 juta jiwa pada Maret 2014 dan 27,73 juta jiwa pada September 2014), pada Maret 2015 ini justru terjadi peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk miskin pada Maret 2015 adalah kenaikan harga pangan pokok seperti beras (naik sebesar 12,41 persen pada Februari 2015 y-o-y) serta turunnya upah harian riil buruh tani dan buruh bangunan pada Agustus 2015, masing-masing sebesar 0,34 persen dan 0,33 persen. Di sisi lain, garis kemiskinan naik sebesar 6,38 persen dari IDR 374.793 pada September 2014 menjadi IDR 396.931 pada Maret 2015, seiring dengan terjadinya peningkatan laju inflasi umum dari semula 4,53 persen menjadi 6,83 persen y-o-y.
Gambar 8 Garis Kemiskinan, Inflasi Garis Kemiskinan, dan Inflasi Umum
Garis Kemiskinan Meningkat Sejalan dengan Meningkatnya Inflasi Umum
Sumber: BPS dan CEIC (2015)