A. Neraca Pembayaran Indonesia
1. Setelah surplus pada kuartal IV-2015, Neraca Pembayaran Indonesia kembali mengalami defisit
Gambar 28 Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal I-2013 – Kuartal I-2016
Neraca Pembayaran Indonesia kembali mengalami defisit
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2016)
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal-I 2016 mengalami defisit setelah pada kuartal lalu mengalami surplus. Besarnya defisit NPI pada kuartal I-2016 lalu adalah USD 0,3 miliar atau menurun 105,88 persen dibandingkan kuartal sebelumnya—atau tumbuh negatif 123,07 persen y-o-y
Penurunan tajam pada Neraca Tranksaksi Modal dan Finansial merupakan salah satu penyebab defisitnya NPI Indonesia. Pada akhir Maret 2016 (kuartal I-2016), saldo Neraca Tranksaksi Modal dan Finansial berada pada level USD 4,6 miliar— nilai ini lebih rendah 53,54 persen dibandingkan kuartal sebelumnya dan 6,12 persen y-o-y. Merosotnya saldo Neraca Investasi lainnya—mengalami penurunan sebesar 224,18 persen—merupakan penyebab utama turunnya saldo Neraca Tranksaksi Modal dan Finansial.
Adapun Neraca Tranksaksi Berjalan mengalami kenaikan tipis pada kuartal I-2016. Pada kuartal I-2016, Neraca Tranksaksi Berjalan defisit sebesar USD 4,8 miliar. Besaran defisit ini lebih kecil dibandingkan pada kuartal IV-2015—defisit sebesar USD 5,1 miliar—atau mengalami peningkatan 5,88 persen q-t-q namun lebih rendah 17,07 secara y-t-y. Kenaikan surplus perdagangan barang sebesar 37,2 persen berhasil mengurangi besarnya defisit neraca tranksaksi berjalan.
Gambar 29 Neraca Tranksaksi Berjalan Kuartal I-2013 – Kuartal I-2016
Neraca Transaksi Berjalan Mengalami Peningkatan Surplus
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2016)
Defisit Neraca Jasa-Jasa di kuartal I-2016 berkurang dari USD 1,74 miliar menjadi USD 1,15 miliar. Apabila dibandingkan dengan kuartal I-2016, maka defisit Neraca Jasa-Jasa berkurang 33,9 persen, sedangkan bila dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun 2015 maka defisit tersebut berkurang 36,63 persen. Apabila melihat sisi impor dari Neraca Jasa-Jasa sejatinya terjadi pengurangan impor dibandingkan kuartal IV-2016 (berkurang 11,5 q-t-q) akan tetapi pengurangan impor tersebut juga diikuti oleh pengurangan ekspor jasa-jasa (berkurang 5,65 q-t-q). Beberapa pos yang mengalami pengurangan ekspor antara lain seperti transportasi (berkurang 14,27 persen), jasa telekomunikasi dan teknologi informatika (36,6 persen) serta jasa bisnis lainnya (5,46 persen).
Defisit Neraca Pendapatan Primer mengalami pendalaman sedangkan surplus Neraca Pendapatan Sekunder menurun. Neraca pendapatan primer pada kuartal I-2016 bersaldo negatif sebesar USD 7,56 miliar, nilai ini lebih tinggi 12,5 persen q-t-q dan 10,9 persen y-o-y. Meningkatnya pembayaran bunga utang kepada pihak asing (meningkat sebesar 91,6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya) merupakan salah satu penyebab utama defisitnya Neraca Pendapatan Primer. Selain itu berkuranganya penerimaan investasi juga menjadi motor utama defisitnya Neraca Pendapatan Primer. Pada kuartal I-2016 penerimaan investasi berada pada USD 0,46 miliar nilai ini lebih rendah 47,22 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara itu, Neraca Pendapatan Sekunder mengalami surplus sebesar USD 1,23 miliar pada kuartal I-2016. Nilai surplus Neraca pendapatan Sekunder ini lebih rendah 10,87 persen dibandingkan kuartal IV-2015. Penurunan pada saldo Penerimaan Pemerintah (turun sebesar 95,9 persen) serta saldo Penerimaan Personal (1,74 persen) menjadi salah satu pemicu terkikisnya surplus neraca pendapatan sekunder.
Surplus Neraca Perdagangan Barang kuartal I-2016 semakin bertambah. Adapun surplus Neraca Perdagangan Barang pada kuartal I-2016 tercatat sebesar USD 2,71 miliar, nilai ini lebih tinggi 38,2 persen dibandingkan kuartal sebelumnya—namun lebih rendah 11,43 persen y-o-y. Surplusnya saldo Neraca Barang Lainnya, setelah sebelumnya defisit berkontribusi pada kenaikan surplus neraca perdagangan barang. Apabila dibandingkan dengan kuartal IV-2016 maka pada kuartal I-2016 saldo Neraca Perdagangan Barang meningkat sebesar 700,53 persen. Selain itu kenaikan surplus Neraca Non Migas (naik sebesar 8,63 persen) juga turut membantu kenaikan surplus Neraca Perdagangan Barang. Selain itu turunnya defisit Neraca Migas juga turut berkontribusi untuk memperbesar Neraca Perdagangan Barang, pada kuartal lalu defisit Neraca Migas turun sebesar 13,38 persen.
Gambar 30 Neraca Tranksaksi Berjalan Modal dan Finansial Kuartal I-2013 – Kuartal I-2016
Neraca Tranksaksi Modal dan Finansial mengalami penurunan surplus
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2016)
Neraca Investasi Portofolio mengalami penurunan pada kuartal I-2016. Nilai saldo Neraca Investasi Portofolio tercatat pada USD 4,4 miliar, nilai ini lebih kecil 8,42 persen q-t-q dan 47,8 persen y-t-y. Negatifnya akun aset dan meningkatya akun kewajiban berkontribusi dalam penurunan Neraca Investasi Portofolio. Dari sisi akun aset, berkurangnya klaim sektor swasta (berkurang 161,44 persen q-t-q) terhadap aset portofolio luar negeri menjadi penyebab negatifnya akun aset. Hal ini dapat terlihat dari menurunnya saldo Modal Ekuitas dan saldo Surat Utang pada sisi aset. Adapun pada kuartal I-2016 besarnya penurunan saldo Modal Ekuitas dan saldo Surat Utang masing-masing sebesar 198,64 persen dan 147,91 persen dibandingkan kuartal IV-2016. Apabila melihat dari sisi kewajiban, maka peningkatan kepemilikan asing atas ekuitas swasta (meningkat 145,11 persen, q-t-q) menjadi salah satu penyebab penurunan Neraca Investasi dan Portofolio.
Senada dengan Neraca Investasi Portofolio, Neraca Investasi Langsung juga mengalami penurunan pada kuartal I-2016. Pada kuartal I-2016 besarnya saldo Neraca Investasi Langsung tercatat sebesar USD 2,7 miliar, jumlah ini menurun 18,84 persen dibandingkan kuartal sebelumnya namun meningkat 64,8 persen y-t-y. Menurunnya investasi ekuitas ke dalam negeri menjadi faktor utama berkurangnya surplus pada Neraca Investasi Langsung. Pada kuartal I-2016, besarnya investasi langsung modal ekuitas ke dalam negeri tercatat pada level USD 2,7 miliar, jumlah ini merosot sebesar 34,3 persen dibandingkan dengan kuartal lalu.
Adapun Neraca Investasi Lainnya mengalami defisit pada kuartal I-2016, setelah sebelumnya tercatat surplus. Besarnya defisit Neraca Investasi Lainnya tercatat pada level USD 2,5 miliar, atau merosot 154,5 persen dibandingkan kuartal IV-2016. Penurunan aset sektor swasta berupa kas dan piutang—masing-masing berkurang 240,8 persen dan 68,3 persen q-t-q—berkontribusi pada defisitnya Neraca investasi Langsung.
B. Perkembangan Ekonomi Global dan Pasar Komoditas
Tabel 6. Neraca Tranksaksi Berjalan Modal dan Finansial Kuartal I-2013 – Kuartal I-2016
Perlambatan ekonomi kembali melanda dunia
Catatan: Kawasan Uni Eropa mencakup 28 negara yaitu Belanda, Belgia, Italia, Jerman, Luksemburg, Perancis, Britania Raya, Denmark, Irlandia, Yunani, Portugal, Spanyol, Austria, Finlandia, Swedia, Republik Ceko, Estonia, Hongaria, Latvia, Lituania, Malta, Polandia, Siprus, Slovenia, Slowakia, Bulgaria, Rumania, Kroasia.
Sumber: CEIC (2016)
Kinerja pertumbuhan kelompok negara maju mayoritas melambat pada kuartal I-2016. Pertumbuhan ekonomi AS lebih rendah 0,83 percentage point(s) (pp) dibandingkan kuartal sebelumnya. Bahkan pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I 2016 ini merupakan pertumbuhan terendah selama satu tahun. Melemahnya pertumbuhan AS ini berimplikasi pada makin kecilnya probabilitas bank sentral AS menaikkan federal fund rate. Uni Eropa (UE) kembali mengalami perlambatan pertumbuhan, (lebih rendah 0,11 pp) dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal IV 2016. Jepang juga kembali mengalami penurunan performa pertumbuhan. Setelah tumbuh lebih lambat pada kuartal IV-2015, pada kuartal I-2016 Jepang kembali mengalami penurunan tingkat pertumbuhan (turun 0,16 pp). Britania Raya (BR) merupakan satu-satunya anggota kelompok negara maju dalam subjek amatan yang tidak mengalami perlambatan pertumbuhan. BR tumbuh 0,19 pp lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Kenaikan performa ini merupakan yang pertama kali sejak kuartal I-2015—dari kuartal I-2015 hingga kuartal IV-2015 BR selalu mengalami perlambatan pertumbuhan.
Beberapa negara berkembang memiliki tingkat pertumbuhan negatif namun beberapa negara tumbuh lebih tinggi dari kuartal sebelumnya. Pada kuartal I-2016 Brasil tumbuh 0,83 pp dibandingkan kuartal IV-2015. Brasil semenjak kuartal I-2015 selalu membukukan pertumbuhan negatif, dan memiliki kecenderungan untuk terus berlanjut. Apabila dibandingkan dengan kuartal IV-2015 pertumbuhan Brasil tercatat lebih tinggi 0.83 pp. Rusia pada kuartal I-2016 tumbuh lebih tinggi 2,65 pp. Walaupun tumbuh lebih tinggi, namun Rusia masih mengalami tingkat pertumbuhan negatif (tumbuh negatif 1,16 persen). Afrika Selatan juga tumbuh negatif (0,16 persen), hal ini merupakan pertumbuhan negatif pertama Afrika Selatan sejak kuartal I-2015. Apabila dibandingkan dengan kuartal lalu pertumbuhan ini lebih rendah 0,7 persen. Adapun Tiongkok pada kuartal I-2016 tumbuh lebih rendah 0,1 pp dibandingkan dengan kuartal lalu. Pelemahan pertumbuhan Tiongkok ini dikhawatirkan akan berimbas pada pelemahan lebih lanjut pada harga komoditas. India merupakan salah satu negara emerging market yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Pada kuartal I-2016 perekonomian India tumbuh 0,71 pp dibandingkan kuartal IV-2015. Pertumbuhan India pada kuartal I-2016 ini merupakan pertumbuhan tertinggi selama periode amatan. Sementara itu Indonesia tumbuh lebih rendah dibandingkan kuartal IV-2015 (lebih rendah 0,13 pp). Masih lemahnya harga komoditas berkontribusi pada pelemahan kinerja perekonomian Indonesia.