Home » Tak Berkategori » Perkembangan Moneter 2012:IV

Perkembangan Moneter 2012:IV

A. Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar MI dan M2 cenderung meningkat menjadi IDR 782 triliun dan IDR 3.168 triliun pada Oktober 2012 dari IDR 779 triliun dan IDR 3.050 triliun pada bulan Juni 2012. Ini berarti terjadi kenaikan sekitar 0,3% dan 3,8% dari bulan Juni 2012 hingga Oktober 2012. Secara year on year jumlah M1 dan M2 pada bulan Oktober 2012 meningkat sebesar 17,6% dan 18,3% dibandingkan Oktober tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan bulan September 2012, jumlah M1 pada Oktober 2012 turun sebesar 1,7%.  

B. Tingkat Inflasi
Gambar 5 menunjukkan bahwa tekanan inflasi cenderung meningkat di awal tahun 2012, sejalan dengan peningkatan permintaan domestik. Setelah melemah di bawah 4 % pada saat terimbas krisis finansial global 2008/2009, tingkat inflasi umum secara tahunan mengalami peningkatan menjadi sekitar 4,5 % selama April hingga Agustus 2012, dan kemudian meningkat menjadi 4,6 % di bulan Oktober meski sempat melemah menjadi 4,3 % di bulan September.

Di bulan November 2012 BPS mencatat inflasi umum sebesar 4,32% (yoy) atau secara tahun kalender (Januari-November) mencapai 3,73%. Meskipun laju inflasi umum di bulan November 2012 lebih rendah daripada bulan sebelumnya, jika dibandingkan bulan November 2011 yang hanya mencapai 4,15%, inflasi ini mengalami kenaikan. Kenaikan laju inflasi ini tidak lepas dari naiknya harga makanan. Inflasi komponen yang harganya diatur pemerintah dan komponen bergejolak secara year on year pada bulan November 2012 masing-masing sebesar 2,70% dan 5,78%.
Sementara itu, pada bulan November 2012 tingkat inflasi komponen inti mencapai 0,14% atau secara tahunan sebesar 4,40%, sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi umum (Gambar 5). Tingginya inflasi inti menunjukkan tingginya sisi permintaan di masyarakat yang tidak mampu dipenuhi oleh suplai barang. Hal ini harus diwaspadai oleh otoritas ekonomi agar situasi ini tidak memicu terjadinya pemanasan ekonomi.


Kenaikan laju inflasi di bulan November 2012 dibandingkan tahun sebelumnya ditunjukkan oleh kenaikan inflasi beberapa kelompok pengeluaran, yaitu kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,23%; kelompok perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar sebesar 0,15%; dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau menyumbang inflasi 0,20%. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan – 0,13% dan kelompok sandang – 0,10%.

Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi di bulan November 2012 adalah bawang merah yang menyumbang andil sebesar 0,08%; beras 0,04%; daging sapi 0,03%; dan wortel 0,02%; serta tarif angkatan udara 0,04%.

 

C. Tingkat Suku Bunga
Di awal tahun 2012, bank sentral tetap mempertahankan BI rate dikisaran 6 % untuk menjaga stabilitas sistem keuangan tetap kondusif dalam mendukung ekspansi ekonomi domestik ditengah ketidakpastian perekonomian global. Sebagai langkah lanjutan untuk memberikan dorongan bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia di tengah menurunnya pertumbuhan ekonomi, BI rate kemudian diturunkan 25 bps pada bulan Febuari 2012 dan terus dipelihara pada kisaran 5,75 % hingga saat ini. Tingkat suku bunga lainnya seperti bunga penjaminan, time deposit, dan SBI bergerak bersamaan dengan BI rate (lihat Gambar 7).


Cadangan devisa Indonesia kembali menguat mencapai posisi USD 111.285,11 juta pada November 2012, atau naik USD 4.782,72 juta dibanding pada bulan Juni 2012 yang hanya mencapai USD 106.502,39 juta (lihat Gambar 8). Peningkatan cadangan devisa ini dipicu adanya surplus Neraca Pembayaran pada kuartal III tahun 2012, terutama karena menurunnya defisit Transaksi Berjalan yang disebabkan surplus Neraca Perdagangan yang meningkat didorong oleh penurunan impor, khususnya barang-barang konsumsi, dan serta surplus Transaksi Modal dan Finansial yang meningkat. Kenaikan cadangan devisa ini memperkuat stabilitas ekonomi makro dan meningkatkan kepercayaan para investor.

 

 

D. Nilai Tukar dan Harga Saham
Nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS mengalami depresiasi sepanjang tahun 2012. Nilai tukar terus menurun akibat defisit neraca pembayaran pada kuartal I dan II tahun 2012 yang menyebabkan turunnya cadangan devisa serta kondisi perekonomian global yang tidak menentu.

Pergerakan nilai tukar Rupiah selama kuartal III 2012 masih mengalami pelemahan namun dengan intensitas yang menurun dibandingkan kuartal sebelumnya. Pergerakan nilai tukar Rupiah selama kuartal III 2012 mengalami pelemahan 2,26% (qtq) ke tingkat IDR 9.491 per USD dari tingkat IDR 9.277 per USD  pada kuartal II 2012.
Sementara itu, di bulan November 2012 Rupiah melemah menjadi IDR 9,605 dibanding posisi di awal tahun IDR 9000 per dollar AS, begitu pula dibandingkan posisinya di bulan Juni 2012 yang mencapai IDR 9480 per dollar AS. Pelemahan Rupiah ini dipengaruhi oleh ketidakpastian penanganan masalah krisis utang dan fiskal di Eropa, serta tingginya permintaan valuta asing untuk membiayai impor.

Sementara itu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun 2012 menunjukkan penguatan. Di bulan November 2012 IHSG bergerak di kisaran perdagangan di level 4,276, meningkat dibanding awal tahun yang hanya mencapai level 3,941, atau tumbuh sebesar 8,5%.


Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.