Ekonomi Yunani jatuh terimbas oleh krisis keuangan global 2008. Sejak saat itu, pengangguran yang semula di bawah 10% pada tahun 2008, naik menjadi 25% pada awal 2015. Harga-harga naik 10%, GDP terkoreksi 30%, dan bond yield naik 2x lipat menjadi 10%—semua dibandingkandengan angka tahun 2008. Karena krisis, pemerintah Yunani pada tahun 2010-2012 dibantu oleh Bank Sentral (European Central Bank-ECB), IMF, dan pemerintah Eropa masing-masing sebesar 27, 25 dan 195 miliar Euro. Tentunya bantuan ini tidak gratis, namun dengan syarat, yaitu Yunani harus melakukan penghematan fiskal dan reformasi.
Penghematan fiskal dan reformasi memang menyakitkan. Ibarat sudah krisis, masih disuruh berhemat. Indonesia punya pengalaman ini pada tahun 1998 ketika meminta bantuan IMF. Dalam keadaan ekonomi sulit, kadang rakyat tidak sabar, dan populisme tumbuh subur. Dalam pemilu 15 Januari 2015, Alexis Tsipras, politisi berusia 40 tahun, terpilih sebagai PM. Ia menjanjikan Yunani keluar dari “penjajahan” Eropa dan IMF, menghentikan penghematan fiskal (menurunkan pajak, menaikkan pengeluaran pemerintah)—yang dianggap menyengsarakan rakyat Yunani.
Minggu ini nasib Yunani ditentukan, apakah tetap “sok berdikari” atau memilih melanjutkan pada agenda reformasi. Namun populisme dan janji politik (atau irasionalitas?) sepertinya lebih dipilih oleh Yunani. Jika ini terjadi, tsunami di sektor keuangan global pun kembali dimulai, karena Yunani sudah pasti tidak cukup punya uang untuk membayar utang IMF yang jatuh tempo pada Maret nanti dan market akan berekspektasi bahwa seluruh piutang yang diberikan kepada Yunani pun default. Jika ini terjadi, maka pengorbanan rakyat Yunani selama 5 tahun terakhir—yang sudah menunjukkan tanda-tanda perbaikan sejak tahun 2013—bisa tersungkur kembali.
Home » Id » Perkembangan Terkini » Awas Yunani!