Gambar 22: Tingkat Pertumbuhan PDB Negara Anggota ASEAN Berdasarkan Harga Konstan, Tahun 1998–Q3/2013 (y-o-y, dalam %)
Perekonomian ASEAN masih cenderung melambat hingga tutup tahun ditengah ketidakpastian ekonomi global
Sumber: IMF, CEIC (2013)
Mendekati penghujung tahun 2013, pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN) menunjukkan pertumbuhan yang masih tidak menggembirakan. Kecenderungan pertumbuhan negara-negara utama di kawasan belum menunjukkan arah pertumbuhan yang stabil ataupun kecenderungan pertumbuhan positif secara bersama. Indonesia, Filipina dan Thailand adalah negara-negara utama di kawasan ASEAN yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2013 yang lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi pada Kuartal II-2013 (y-o-y) sementara Malaysia, Singapura dan Vietnam adalah negara-negara utama di kawasan yang berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2013 yang lebih baik daripada kuartal sebelumnya. Negara-negara yang tingkat pertumbuhan Kuartal III-2013 yang mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan Kuartal II-2013 paling signifikan terjadi pada negara Thailand (2,2% menjadi 1,3%) diikuti Filipina (7,5% menjadi 7,0%) dan Indonesia (5,8% menjadi 5,6%). Sementara negara utama kawasan yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang membaik dalam rentang kuartalan secara berturut-turut adalah Singapura (3,8% menjadi 5,1%), Malaysia (4,4% menjadi 5,0%) serta Vietnam (5,0% menjadi 5,5%).
Pada Kuartal III-2013, Filipina masih menunjukkan kinerja ekonomi yang paling pesat di kawasan. Walaupun diperkirakan pertumbuhan ekonomi Filipina kedepannya akan mendapatkan tekanan dari dampak Bencana Topan Haiyan (dalam bahasa lokal disebut sebagai Topan Yolanda) yang mengakibatkan kerusakan langsung di beberapa provinsi utama di Filipina dan diperkirakan juga akan memberikan dampak tidak langsung kepada aktivitas ekonomi nasional secara keseluruhan, namun kinerja kebijakan pemerintah Filipina pada Kuartal III-2013 masih memberikan kontribusi yang positif pada perekonomian nasionalnya diakibatkan perekonomian Filipina adalah perekonomian yang secara tradisional tidak memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap aktivitas ekspor impor. Filipina adalah sedikit dari negara di kawasan ASEAN yang mencatatkan pertumbuhan ekonominya terutama diakibatkan oleh akumulasi tingkat investasi nasional serta akumulasi tingkat pengeluaran pemerintah dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan yang secara umum lebih mengandalkan pada aktivitas ekspor-impor sehingga di tengah perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian ini memberikan dampak langsung maupun tidak langsung pada negara bersangkutan.
Gambar 23: Tingkat Inflasi Negara Anggota ASEAN Tahun 2000-Oktober 2013 (y-o-y, dalam %)
Tekanan inflasi masih menunjukkan trend penguatan
Sumber: Bloomberg (2013)
Tingkat inflasi yang terjadi di negara-negara anggota ASEAN masih menjadi faktor utama yang menghambat laju ekonomi dan peningkatan nilai kesejahteraan di kawasan untuk mencapai tingkat potensi optimalnya. Secara berturut-turut pada bulan Oktober 2013 ini, tingkat inflasi tertinggi dicapai oleh Indonesia (8,32%), sejajar dengan berbagai negara yang bukan negara utama di kawasan ASEAN seperti Laos (6,87%) dan Vietnam (5,87%). Inflasi sebagai salah satu indikator yang menunjukkan tingkat penciptaan nilai kesejahteraan di suatu negara menunjukkan bahwa di tengah kecenderungan negara kawasan yang rerata mampu mempertahankan inflasi pada tingkat dibawah 3%, Indonesia, Laos dan Vietnam terbukti belum mampu meredam gejolak kenaikan harga di negaranya terlebih ketika sementara dalam waktu dekat akan menghadapi potensi ancaman kenaikan harga-harga barang secara umum pada momen akhir tahun nantinya. Tekanan pada perekonomian yang diakibatkan oleh masih tingginya tingkat inflasi ini diiringi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang belum mencapai kapasitas optimal akan berpengaruh pada persiapan negara-negara kawasan untuk menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Tabel 8: Indeks Saham Negara ASEAN: 2009- 2013* (y-o-y, dalam %)
Perkembangan pasar saham membaik namun tidak secepat yang diharapkan
Sumber: Bloomberg (2013)
Tabel 9: Nilai Tukar Negara ASEAN Terhadap USD, Tahun 2009- 2013* (y-o-y, dalam %)
Nilai tukar mata uang negara ASEAN terus mengalami pelemahan
Sumber: Bloomberg (2013)
Kondisi menurunnya kinerja pasar saham dan pasar uang sebagaimana yang terekam pada situasi perekonomian pada Kuartal II-2013 yang lalu ternyata masih menunjukkan kecenderungan serupa pada Kuartal III-2013 ini. Secara umum pasar saham di beberapa negara utama di kawasan menunjukkan tanda perbaikan yang secara tidak langsung juga menyiratkan meningkatnya tingkat kepercayaan (confident) para investor terhadap kinerja perekonomian negara-negara kawasan ASEAN. Namun selama Kuartal III-2013 ini perbaikan kinerja yang dialami pada sektor pasar saham tidak seperti yang diharapkan sehingga secara tidak langsung menunjukkan belum semua investor secara umum teryakinkan dengan potensi cerah perekonomian di kawasan ASEAN. Perbaikan kinerja yang terjadi di pasar saham ternyata tidak serta merta terjadi juga pada sektor pasar uang dimana hampir semua mata uang negara kawasan menunjukkan pelemahan nilai tukar yang cukup signifikan. Pelemahan nilai tukar di kawasan ASEAN terutama terjadi di Indonesia (-22,19%) dan juga Myanmar (-14,60%) yang mana kedua negara ini merupakan sedikit negara yang mengalami pelemahan nilai tukar hingga lebih dari 10% (dua digit) dibandingkan dengan tingkat nilai tukar mata uangnya sebagaimana dimulai pada awal tahun 2013 lalu.