Penurunan kinerja ekspor neto yang terus terjadi berakibat pada melambatnya pertumbuhan ekonomi dan membengkaknya belanja negara terutama belanja subsidi energi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2014 mengalami perlambatan yang cukup tajam. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2014 sebesar 5,21% (y-o-y), melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2013 yaitu 5,72% (y-o-y). Angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014 tersebut juga jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang mencapai 6,03% (y-o-y).
Perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014 khususnya disebabkan penurunan signifikan pada kinerja ekspor neto. Kontraksi ekspor neto yang signifikan berpengaruh pada perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2014. Kontraksi ekspor pada kuartal I-2014 mencapai -0,78% (y-o-y), angka tersebut cukup signifikan mempengaruhi kinerja ekspor neto yang negatif meskipun impor juga mengalami kontraksi mencapai -0,66% (y-o-y). Penurunan ekspor neto ini terutama akibat penurunan ekspor pertambangan seperti batu bara dan konsentrat mineral yang tercermin dari kinerja sektor pertambangan yang mengalami kontraksi mencapai -0,38% (y-o-y). Hal ini merupakan dampak dari pemberlakuan UU No. 4 tahun 2009 mengenai pelarangan ekspor mineral mentah yang resmi diberlakukan mulai 12 Januari 2014. Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini juga tidak lepas dari perkembangan ekonomi dunia yang masih belum pasti, terutama perlambatan ekonomi Tiongkok dari 7,7% (y-o-y) pada kuartal IV-2013 menjadi 7,4% (y-o-y) pada kuartal I-2014, yang pada akhirnya mempengaruhi lemahnya kinerja ekspor di Indonesia.
Gambar1: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2011 – 2013 (y-o-y, dalam %)
Pertumbuhan ekonomi yang melambat pada kuartal I-2014 terutama disebabkan kinerja sektor pertambangan yang mengalami kontraksi
Catatan:
Sektor Primer: Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan; dan Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor Industri: Sektor Industri Pengolahan; Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; dan Sektor Konstruksi
Sektor Jasa: Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan; dan Sektor Jasa-jasa
Sumber: BPS dan CEIC (2014)
Konsumsi pemerintah yang melambat juga turut mempengaruhi lambatnya pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada kuartal I-2014 hanya tercatat sebesar 3,58% (y-o-y), menurun cukup tajam dari pertumbuhan kuartal IV-2013 yang mencapai 6,45% (y-o-y). Selanjutnya, konsumsi rumah tangga relatif tidak berubah pada kuartal I-2014 yang tumbuh sebesar 5,41% (y-o-y) (pada kuartal IV-2013 tumbuh 5,44% (y-o-y)). Di tengah melambatnya laju pertumbuhan ekspor neto, konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2014, hal sebaliknya ditunjukkan oleh laju pertumbuhan investasi yang mampu tumbuh 5,13% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan kuartal IV-2013 yang hanya mencapai 4,37% (y-o-y).
Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Pengeluaran, Tahun 2011 – 2013 (y-o-y, dalam %)
Kinerja ekspor neto dan konsumsi pemerintah memburuk
Sumber: BPS dan CEIC (2014)
Kembali ke struktur PDB, perlambatan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan terjadi pada sektor primer. Pada kuartal I-2014, sektor primer (yang terdiri dari Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan dan Sektor Pertambangan dan Penggalian) mencatat pertumbuhan sebesar 1,97% (y-o-y), melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal IV-2013 yang mencapai 3,86% (y-o-y). Kondisi ini terutama dipengaruhi oleh sektor pertambangan yang mengalami kontraksi sebesar -0,38% (y-o-y). Sementara itu, perlambatan juga terjadi pada sektor industri dan sektor jasa yang masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 5,46% (y-o-y) dan 6,39% (y-o-y), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal IV-2013. Selanjutnya, berdasarkan data yang dilansir BPS, sektor yang mencatat pertumbuhan tertinggi secara year-on-year pada kuartal I-2014 secara berurutan adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (10,23%), Sektor Konstruksi (6,54%), dan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (6,52%).
Capaian positif dalam pasar tenaga kerja masih belum optimal
Tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2014 mencatat angka terendah selama tiga tahun terakhir yaitu sebesar 5,7%. Berdasarkan data yang dilansir BPS, jumlah orang yang menganggur pada Februari 2014 adalah 7,15 juta orang, menurun dibandingkan pada September 2013 di mana jumlah orang yang menganggur mencapai 7,41 juta orang. Hal ini sejalan dengan kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor informal dan tenaga kerja paruh waktu. Menurut data BPS, pekerja informal bertambah sebanyak 420 ribu orang dalam setahun terakhir (Februari 2013 – Februari 2014), dengan persentase pertumbuhan sebesar 0,60% (y-o-y). Selain itu, BPS juga mencatat pekerja paruh waktu meningkat tajam dari 22,93 juta orang pada Februari 2013 menjadi 26,40 juta orang pada Februari 2014. Meskipun tingkat pengangguran membaik, BPS mencatat penyerapan tenaga kerja pada Februari 2014 lebih banyak didominasi oleh tenaga kerja yang berpendidikan SD ke bawah yaitu sebanyak 46,80% dan hanya 7,49% tenaga kerja yang berpendidikan universitas. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja pada Februari 2014 meningkat yaitu mencapai angka 69,17% jika dibandingkan pada Agustus 2013 yang mencapai 66,77%.
Gambar 13: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka di Indonesia, Februari 2011 – Februari 2014 (dalam %)
Tingkat pengangguran terbuka membaik
Dilihat dari struktur lapangan pekerjaan hingga Februari 2014, kontribusi tenaga kerja di sektor Pertanian sedikit meningkat. Meskipun begitu, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, kontribusi penduduk yang bekerja pada sektor pertanian mengalami penurunan. Menurut data BPS, penduduk yang bekerja pada sektor Pertanian menurun dari 41,11 juta orang pada Februari 2013 menjadi hanya 40,83 juta orang pada Februari 2014. Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja di sektor Perdagangan dan Jasa kemasyarakatan terus meningkat. Hal ini menunjukkan peralihan struktur ketenagakerjaan di Indonesia dari sektor Pertanian ke sektor lainnya, terutama sektor Perdagangan, Jasa dan Industri. Meskipun demikian, sektor Pertanian masih mendominasi sebagai penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia dengan kontribusi sebesar 34,55%. Setelah sektor Pertanian, sektor yang turut berkontribusi besar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia hingga Februari 2014 secara berurutan adalah sektor Perdagangan dengan kontribusi sebesar 21,84%, sektor Jasa Kemasyarakatan dengan kontribusi sebesar 15,64% dan sektor Industri dengan kontribusi sebesar 13,02%.
Tabel 7: Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Tahun 2012-2014 (%)
Sektor Pertanian masih menjadi penyumbang terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia, meski dengan tren yang menurun
Sumber: BPS dan CEIC (2014)