Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Didorong oleh Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah, Investasi, dan Sektor Jasa
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal IV-2014 meningkat dibandingkan dengan kuartal III-2014, namun secara tahunan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 melambat dibandingkan dengan tahun 2013. Pada kuartal IV-2014, PDB Indonesia tumbuh sebesar 5,01% y-o-y, tumbuh tipis dibandingkan dengan kuartal III-2014 (4,92%). Namun bila dibandingkan dengan kuartal IV-2013 (5,61%), pertumbuhan kuartal IV-2014 jauh lebih rendah. Secara kumulatif, pertumbuhan PDB 2014 mencapai 5,02%, melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,58%. Ini disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan ekonomi global dan akumulasi kebijakan ekonomi di Indonesia.
Pertumbuhan PDB Tahunan atas Dasar Harga Konstan 2010 dan PDB Nominal, 2010 – 2014 (y-o-y)
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terus Melambat Selama Lima Tahun Terakhir
Sumber: BPS dan CEIC (2015)
Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha, 2012 – 2014 (y-o-y)
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Meningkat Tipis pada Kuartal-IV 2014
Catatan:
Sektor Primer: (1) Pertanian Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan Penggalian
Sektor Industri: (1) Industri Pengolahan
Sektor Jasa: (1) Pengadaan Listrik dan Gas; (2) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; (3) Konstruksi; (4) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; (5)Transportasi dan Pergudangan; (6) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; (7) Informasi dan Komunikasi; (8) Jasa Keuangan dan Asuransi; (9) Real Estat; (10) Jasa Perusahaan; (11) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; (12) Jasa Pendidikan; (13) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; (14) Jasa Lainnya.
Sumber: BPS dan CEI (2015)
Dari sisi produksi, pertumbuhan terjadi di seluruh lapangan usaha pada kuartal IV-2014. Pada kuartal ini, sektor primer, yang terdiri atas lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan serta pertambangan dan penggalian, tumbuh sebesar 2,52% y-o-y, sama dengan pertumbuhan pada kuartal III-2014 dan melambat dibanding kurtal IV-2013 yang tumbuh hingga 3,75%. Pertumbuhan lapangan usaha pertanian pada kuartal ini melambat menjadi 2,77% dibanding dengan kuartal III-2014 yang tumbuh sebesar 3,63%, seiring dengan adanya efek musiman beberapa komoditi pertanian (misalnya, musim tanam padi) dan perkebunan (berakhirnya musim panen kopi) pada kuartal IV-2014. Di sisi lain, lapangan usaha pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 2,22%, meningkat dibanding kuartal III-2014 yang hanya tumbuh sebesar 0,78%, namun melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan sektor ini pada kuartal IV-2013 yaitu 2,72%. Penyebabnya adalah base effect dari penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba) pada Januari 2014, dimana angka pembanding pada kuartal IV-2013 relatif lebih besar dibanding dengan kuartal yang sama pada tahun 2014. Sektor industri pada kuartal ini tumbuh sebesar 4,24%, melambat dibanding kuartal III-2014 dan kuartal IV-2013, yang mencatat pertumbuhan masing-masing sebesar 4,98% dan 4,81% akibat penurunan kinerja ekspor. Sektor jasa, yang terdiri atas 14 lapangan usaha terkait, mencatat pertumbuhan sebesar 6,58% pada kuartal IV-2014, dan terus menunjukkan peningkatan dibanding kuartal III-2014 dan kuartal IV-2015 masing-masing sebesar 4,98% dan 6,53%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa keuangan dan asuransi (10,20%), informasi dan komunikasi (10,03%), dan jasa perusahaan (9,69%).
Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2012 – 2014 (y-o-y)
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal-IV 2014 Didukung oleh Konsumsi Rumah Tangga, Konsumsi Pemerintah, dan Investasi
Sumber: BPS dan CEIC (2015)
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan tertinggi diantara pos pengeluaran lainnya pada kuartal IV-2014 (5,01% y-o-y), namun lebih lambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (5,08%) akibat melemahnya daya beli masyarakat. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga kuartal IV-2014 juga melambat dibandingkan kuartal IV-2013 yang tumbuh sebesar 5,41%. Salah satu pemicu lemahnya daya beli masyarakat adalah peningkatan inflasi pasca pengurangan subsidi BBM. Hal ini tercermin dari menurunnya penjualan motor dan mobil, dan indeks keyakinan konsumen dari hasil survei konsumen pada kuartal IV-2014 (lihat Gambar 4 dan 5). Konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) juga mengalami peningkatan pada kuartal IV-2014 masing-masing sebesar 2,83% dan 4,27% y-o-y. Pertumbuhan konsumsi pemerintah meningkat tajam mengikuti pola penyerapan anggaran yang biasa menumpuk pada akhir tahun anggaran. Pertumbuhan konsumsi pemerintah tersebut lebih tinggi daripada kuartal III-2014 (1,33%) namun lebih rendah dari kuartal IV-2013 (7,89%).
Indeks Keyakinan Konsumen, 2013-2014
Indeks Keyakinan Konsumen Menurun pada Kuartal IV-2014
Sumber: BI, BPS, dan CEIC (2015)
Pejualan Mobil, Motor, dan Semen, 2013-2014
Penjualan Mobil dan Motor Menurun sedangkan Penjualan Semen Meningkat pada Kuartal IV-2014
Sumber: Astra Internasional, Asosiasi Mobil Indonesia, Asosiasi Semen Indonesia, dan CEIC (2015)
Sementara itu, ekspor mengalami kontraksi yang cukup tajam pada kuartal-IV 2014 akibat lemahnya permintaan negara mitra dagang utama, penurunan harga komoditas dunia, serta adanya kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Pada kuartal ini ekspor terkontraksi sebesar 4,53% y-o-y, menurun tajam jika dibandingkan dengan kuartal-III 2014 dan kuartal IV-2013 yang masing-masing tumbuh sebesar 4,86% dan 9,44%. Ekonomi Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang kuat sementara ekonomi Tiongkok mengalami perlambatan. Selain itu, penerapan UU Minerba secara relatif menyebabkan ekspor pertambangan pada kuartal IV-2014 menjadi lebih rendah relatif terhadap ekspor pertambangan kuartal-IV 2013.
Pada Februari 2015, BPS melakukan pembaharuan tahun dasar penghitungan PDB dari tahun 2000 menjadi 2010. Perubahan ini juga diiringi oleh penyesuaian standar perhitungan SNA dari 1993 menjadi 2008, yang meliputi perubahan konsep, cakupan, valuasi, dan penggunaan klasifikasi, sesuai dengan yang rekomendasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perubahan tahun dasar dan basis System of National Account (SNA) untuk perhitungan PDB menyebabkan nilai PDB terlihat lebih besar dan pertumbuhan ekonomi menjadi lebih rendah. Perbandingan perhitungan PDB dengan dasar 2010 dan 2000 dapat dilihat pada Tabel 1. Perlu diperhatikan bahwa perubahan ini pada dasarnya akan meningkatkan kualitas data PDB, menunjukkan keadaan perekonomian Indonesia yang sesungguhnya, dan menjadikan PDB Indonesia dapat diperbandingkan dengan PDB negara-negara lain di dunia (BPS, 2015).
Perbandingan PDB Riil Tahun Dasar 2000 dan 2010, 2011-2014
Perubahan tahun dasar menyebabkan nilai PDB terlihat lebih besar dan pertumubuhan ekonomi menjadi lebih rendah
Sumber: BPS dan CEIC (2015)
Tingkat Kemiskinan Menurun dan Pengangguran Tidak Penuh Meningkat
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2014 yang mencapai 4,92% y-o-y, jumlah penduduk miskin pada September 2014 menurun jika dibandingkan dengan Maret 2014. Jumlah penduduk miskin pada September 2014 mencapai 27,73 juta orang atau sebesar 10,95% dari total jumlah penduduk. Jumlah penduduk miskin ini terus menunjukkan tren penurunan jika dibandingkan dengan periode Maret 2014 (28,28 juta orang) dan September 2013 (28,6 juta orang). Berdasarkan laporan yang dilansir BPS, faktor lain yang menyebabkan penurunan jumlah penduduk miskin pada September 2014 antara lain adalah laju inflasi yang relatif rendah, harga eceran beberapa komoditas bahan pokok yang menurun seperti beras, gula pasir, cabe rawit dan cabe merah serta perbaikan penghasilan petani di mana terdapat kenaikan upah buruh tani sebesar 1,6% selama periode Maret 2014 hingga September 2014. Sementara garis kemiskinan naik sebesar 3,17% yaitu dari IDR 302.735 pada Maret 2014 menjadi IDR 312.328 pada September 2014 seiring dengan meningkatnya laju inflasi umum sebesar 4,53% y-o-y.
Penduduk Miskin, 2012-2014
Jumlah Penduduk Miskin pada September 2014 Menurun
Sumber: BPS, dan CEIC (2015)
Garis Kemiskinan, Inflasi Garis Kemiskinan, dan Inflasi Umum, 2012-2014
Garis Kemiskinan Meningkat Seiring dengan Meningkatnya Inflasi Umum
Sumber: BPS, dan CEIC (2015)
Di pasar tenaga kerja pada tahun 2013, sebanyak 39,50% orang bekerja kurang dari 35 jam dalam seminggu (pekerja tidak penuh). Angka ini cenderung naik dari tahun ke tahun. Berturut-turut dari tahun 2010 hingga 2012 besarnya jumlah pekerja tidak penuh adalah sebesar 19,18%, 33,94%, dan 33,67%. Demikian pula dengan halnya jumlah angkatan kerja Indonesia yang terus membesar. Pada tahun 2013 jumlah angkatan kerja adalah sebesar 118,19 juta jiwa, naik dari 118,05 juta jiwa di tahun 2012 (year-on-year tumbuh 0,12%). Sebaliknya tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia menunjukkan tren yang menurun. Tahun 2010 terdapat 7,14% angkatan kerja yang menganggur. Sedangkan di tahun 2013, Indonesia memiliki TPT yang lebih kecil yakni 6,25%.
Jumlah Angkatan Kerja, 2010 – 2013
Jumlah Angkatan Kerja Terus Meningkat
Catatan: data tahunan di atas berdasarkan pada kondisi survei pasar tenaga kerja setiap Bulan Agustus
Sumber: BPS, dan CEIC (2015)
Pekerja Tidak Penuh, 2010 – 2013
Pekerja Tidak Penuh Cenderung Meningkat
Sumber: BPS, dan CEIC (2015)