1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Meningkat
Gambar 1 Pertumbuhan PDB atas dasar Harga Konstan 2010 menurut Lapangan Usaha, 2013-2015
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2015 meningkat
Catatan:
Sektor Primer: (1) Pertanian Kehutanan dan Perikanan; (2) Pertambangan dan Penggalian
Sektor Industri: Industri Pengolahan
Sektor Jasa: (1) Pengadaan Listrik dan Gas; (2) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; (3) Konstruksi; (4) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; (5) Transportasi dan Pergudangan; (6) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; (7) Informasi dan Komunikasi; (8) Jasa Keuangan dan Asuransi; (9) Real Estat; (10) Jasa Perusahaan; (11) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; (12) Jasa Pendidikan; (13) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; (14) Jasa Lainnya.
Sumber: BPS dan CEIC (2016)
Pada Kuartal III-2015, Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami peningkatan. Setelah selama dua kuartal sebelumnya mengalami perlambatan secara kontinyu, pada Kuartal-III 2015 ini PDB riil Indonesia tumbuh 4,73 persen secara year on year— capaian tertinggi selama dalam tiga kuartal terakhir. Angka pertumbuhan PDB riil Indonesia di kuartal ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada Kuartal III-2014, di mana pada waktu itu perekonomian tumbuh 4,92 persen. Membaiknya laju pertumbuhan ekonomi kali ini merupakan “angin segar” bagi pelaku pasar.
Dilihat dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal-III 2015 masih dimotori oleh pertumbuhan sektor primer. Pada kuartal III-2015, pertumbuhan sektor primer mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,21 persen y-o-y. Peningkatan pertumbuhan sektor primer ini di antaranya didorong oleh panen raya pada beberapa komoditas unggulan di sektor tersebut. Di sisi lain sektor industri hanya tumbuh 4,33 persen dan sektor jasa hanya tumbuh sebesar 3,36 persen pada Kuartal III-2015―keduanya menunjukkan perlambatan bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya ketika masing-masing sektor tumbuh 4,42 persen dan 5,08 persen. Meski begitu, tingginya kenaikan pertumbuhan sektor primer (1,63 persen menjadi 3,21 persen y-o-y) masih dapat menutupi perlambatan yang terjadi di sektor industry dan jasa. Hal itu menjadikan perekonomian Indonesia mengalami peningkatan pertumbuhan secara keseluruhan.
Gambar 2 Indeks Penjualan Eceran Riil, November 2011 – November 2015
Indeks Penjualan Eceran Riil meningkat pada November 2015
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2016)
Indeks Penjualan Riil (IPR) Eceran pada Bulan November 2015 mengalami peningkatan. Pada November 2015, Indeks Penjualan Riil (IPR) adalah sebesar 186,4 poin—tumbuh sebesar 11,42 persen secara year on year. Penguatan pertumbuhan IPR pada November 2015 ini terkait dengan adanya peningkatan daya beli masyarakat secara umum dan juga peningkatan permintaan dan konsumsi masyarakat menjelang hari raya Natal dan musim liburan pergantian tahun―utamanya penjualan kelompok makanan yang notabene akan meningkat setiap mendekati hari-hari besar dan musim liburan. Naiknya IPR juga mengindikasikan berkurangnya tekanan harga yang dirasakan konsumen, sehingga optimisme konsumen tidak mengalami penurunan.
Gambar 3 Indeks Tendensi Bisnis, kuartal III-2012 – kuartal III-2015
Indeks Tendensi Bisnis meningkat pada kuartal III-2015
Sumber: Bank Indonesia, BPS, dan CEIC (2016)
Indeks Tendensi Bisnis (ITB) pada Kuartal III-2015 meningkat. Pada akhir Kuartal-III 2015, ITB meningkat menjadi sebesar 106,04 dibandingkan dengan Kuartal-II 2015 ketika ITB hanya menyentuh angka 105,46. Hal itu mengindikasikan terjadinya perbaikan kondisi bisnis secara umum serta ekskalasi optimisme di kalangan pelaku usaha dalam melihat potensi bisnis selama periode tersebut. Meskipun kenaikan ini masih kalah tinggi bila dibandingkan dengan nilai indeks pada Kuartal III-2014 (ketika ITB mencapai angka 107,24), meningkatnya ITB di kuartal ini secara umum merupakan sinyalemen yang baik dari sektor usaha.
Gambar 4 Pertumbuhan PDB atas Dasar Harga Konstan 2010 menurut Pengeluaran, 2013 – 2015
Pada kuartal III-2015, peningkatan pertumbuhan konomi Indonesia dipicu oleh peningkatan signifikan pada konsumsi pemerintah, konsumsi LNPRT, dan PMTB
Sumber: BPS dan CEIC (2016)
Pada Kuartal III-2015, pertumbuhan tertinggi PDB riil berdasarkan pengeluaran terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah. Komponen pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh pesat menjadi 6,56 persen secara year on year—meningkat pesat dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang hanya mencapai 2,13 persen. Pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi pemerintah pada kuartal III-2015 merupakan yang tertinggi, setidaknya sejak Kuartal I-2015.
Pada Kuartal III-2015 kali ini, komponen pengeluaran konsumsi LNPRT tidak lagi mengalami kontraksi sebagaimana yang terjadi pada kuartal sebelumnya. Pos konsumsi Lembaga Nonprofit Pembantu Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh sebesar 6,39 persen y-o-y―tidak lagi mencatatkan kontraksi sebagaimana halnya pada kuartal sebelumnya. Konsumsi rumah tangga menurun tipis sebesar 0,01 percentage point dari 4,97 persen pada Kuartal II-2015 menjadi 4,96 persen pada Kuartal III-2015. Sementara itu, pertumbuhan komponen PMTB meningkat menjadi sebesar 4,62 persen. Ekspor tercatat mengalami kontraksi lebih dalam dibandingkan dengan Kuartal II-2015 (-0,09 persen) menjadi -0,69 persen, sedangkan impor mengalami penurunan kontraksi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (-6,98 persen menjadi -6,11 persen year on year).
Gambar 5 Indeks Tendensi Konsumen dan Indeks Keyakinan Konsumen, September 2010 – September 2015
Pada akhir kuartal III-2015, Indeks Keyakinan Tendensi BPS meningkat, sementara Indeks Keyakinan Konsumen BI menurun
Sumber: Bank Indonesia, BPS, dan CEIC (2016)
Pada akhir Kuartal III-2015, Indeks Tendensi Konsumen BPS (Indeks Tendensi Konsumen atau ITK) meningkat sedangkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI menurun. Nilai Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada Kuartal III-2015 adalah sebesar 109,00, yang berarti bahwa kondisi ekonomi konsumen secara umum meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya. Angka tersebut menunjukkan peningkatan optimisme konsumen dalam melakukan aktivitas konsumsi dibandingkan dengan Kuartal II-2015 (105,22). Peningkatan kondisi ekonomi konsumen ini antara lain disebabkan oleh naiknya pendapatan konsumen, rendahnya pengaruh tekanan harga terhadap daya beli konsumen, dan naiknya tingkat konsumsi. Di sisi lain, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menurun dibandingkan dengan bulan sebelumnya (112,60 menjadi 97,50 poin). Hal tersebut mengindikasikan pelemahan keyakinan konsumen terkait kondisi ekonomi mereka di masa mendatang.
Gambar 6 Penjualan Mobil, Motor, dan Semen, Desember 2010 – Desember 2015
Penjualan motor, mobil, dan semen mengalami penurunan pada Desember 2015
Sumber: ASTRA International, GAIKINDO, Asosiasi Semen Indonesia, dan CEIC (2016)
Penjualan motor, mobil, dan semen pada Bulan Desember 2015 mengalami penurunan. Angka penjualan semen pada Desember 2015 menurun sebanyak 650 ribu ton dari sebelumnya sebanyak 6,13 juta ton menjadi 5,48 juta ton pada Bulan Desember 2015. Penurunan penjualan semen ini kemungkinan mengindikasikan adanya penurunan pengeluaran secara nasional untuk pembangunan infrastruktur selama satu bulan terakhir. Penjualan motor pada Desember 2015 berkurang 15.280 unit dibandingkan dengan bulan sebelumnya (535.680 ribu unit menjadi 520.400 ribu unit). Penurunan senada juga terlihat pada angka penjualan mobil yang menurun sebesar 13.716 unit menjadi 73.264 unit pada Desember 2015 dari sebelumnya mencatatkan penjualan 86.980 unit pada November 2015. Secara umum, penurunan penjualan tadi sekiranya disebabkan oleh proporsi konsumsi masyarakat yang didominasi oleh komoditas makanan, sehingga permintaan akan barang-barang terkait mengalami penurunan.
2. Kondisi Ketenagakerjaan Indonesia Memburuk
Gambar 7 Jumlah Penduduk Bekerja dan Pengangguran di Indonesia, Agustus 2010 – Agustus 2015
Secara umum, kondisi ketenagakerjaan memburuk: TPAK menurun sementara TPT meningkat
Sumber: BPS dan CEIC (2016)
Meskipun laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal III-2015 membaik, tingkat pengangguran, TPT, dan TPAK pada Agustus 2015 justru terindikasi memburuk. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2015 meningkat dari 5,18 persen pada Februari 2015 menjadi 6,18 persen, sekalipun pertumbuhan PDB riil Indonesia membaik pada kuartal III-2015. Jumlah pengangguran secara umum pun bergerak searah―memburuk ke angka 7,56 juta orang dari sebelumnya 7,45 juta orang per Februari 2015. Selain itu, TPAK pada Agustus 2015 menunjukkan penurunan yang cukup signifikan menjadi 65,76 persen dari sebelumnya sebesar 69,5 persen pada Februari 2015. Ini sejalan dengan jumlah penduduk bekerja yang juga menunjukkan penurunan per Agustus 2015 (120,85 juta orang menjadi 114,82 juta orang). Hal tersebut merupakan suatu indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi secara umum belum mampu mendorong penyerapan angkatan kerja yang tersedia melalui penciptaan lapangan pekerjaan-lapangan pekerjaan baru yang secara efektif.
Gambar 8 Jumlah Pekerja Tidak Penuh, Agustus 2010 – Agustus 2015
Jumlah pekerja tidak penuh pada Agustus 2015 menurun
Sumber: BPS dan CEIC (2016)
Jumlah pekerja tidak penuh pada Agustus 2015 menurun, sedangkan persentasenya terhadap jumlah penduduk yang bekerja meningkat. Jumlah pekerja tidak penuh pada Agustus 2015 per se menurun menjadi 34,31 juta jiwa, akan tetapi persentasenya terhadap yang bekerja meningkat (dari 29,54 persen ke 29,88 persen). Hal itu terjadi karena adanya penurunan jumlah penduduk yang bekerja dari 120,85 juta jiwa menjadi 114,82 juta jiwa pada Agustus 2015, sehingga proporsi jumlah pekerja tidak penuh terhadap jumlah penduduk yang bekerja semakin besar. Kondisi tersebut mengisyaratkan bahwa secara garis besar, arah pertumbuhan ekonomi Indonesia selama satu kuartal terakhir belum dapat mengoptimalkan salah satu outcome yang dicita-citakan, yaitu penciptaan lapangan pekerjaan sekaligus menekan angka pengangguran.
Tabel 1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Tahun 2012 – 2015
Sektor pertanian masih menjadi kontributor tertinggi dalam penyerapan tenaga kerja
Sumber: BPS dan CEIC (2016, diolah)
Bila ditinjau secara lebih umum, pada Agustus 2015 tingkat pengangguran juga mengalami peningkatan sebagaimana halnya jumlah penduduk yang bekerja. Pada Agustus 2015, jumlah penduduk yang bekerja meningkat dari 114,63 juta jiwa (Februari 2015) menjadi sebanyak 122,38 jiwa. Sektor pertanian masih menjadi kontributor tertinggi dalam hal penyerapan tenaga kerja. Sektor pertanian mampu menyerap 32,88 persen dari total ketersediaan lapangan pekerjaan yang ada. Kontributor terbesar kedua adalah sektor perdagangan (22,37 persen), kemudian diikuti sektor jasa kemasyarakatan (15,62 persen) di urutan ketiga, dan sektor industri (13,28 persen) di urutan keempat. Meski begitu, kontribusi sektor pertanian pada Agustus 2015 mengalami penurunan, baik bila dibandingkan dengan Februari 2015 maupun periode-periode sebelumnya. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya: 1) terjadinya transisi secara gradual struktur perekonomian Indonesia yang bercorak agrikultur, dan 2) pengaruh dari gelombang El Nino yang menyebabkan terganggunya musim panen raya yang berdampak pada produktivitas sektor pertanian secara umum.
3. Kemiskinan di Indonesia Menurun
Gambar 32 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia, 2011 – 2015
Jumlah penduduk miskin menurun tipis pada September 2015
Sumber: BPS dan CEIC (2016)
Gambar 33 Garis Kemiskinan, Inflasi Garis Kemiskinan, dan Inflasi Umum
Garis kemiskinan meningkat seiring dengan meningkatnya inflasi umum
Sumber: BPS dan CEIC (2016)
Seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Kuartal III-2015, jumlah penduduk miskin pada September 2015 menurun bila dibandingkan dengan Maret 2015. Pada September 2015, jumlah penduduk miskin di Indonesia tercatat berkurang sebesar 80 ribu orang dari Maret 2015 (28,59 juta orang) menjadi 28,51 juta orang. Selama periode Maret 2015-September 2015, Garis Kemiskinan meningkat sebesar 4,24 persen dari semula IDR 330.776 per kapita per bulan menjadi IDR 344.809 per kapita per bulan. Naiknya Garis Kemiskinan tersebut umumnya dipicu oleh kenaikan harga komoditas makanan sebagai salah satu komponen perhitungannya, sebagaimana yang diindikasikan oleh kenaikan tingkat inflasi umum dari 6,38 persen pada Maret 2015 menjadi 6,83 persen pada September 2015.