Home » Tak Berkategori » Perkembangan Sektor Perbankan 2015:III

Perkembangan Sektor Perbankan 2015:III

Perbankan Indonesia menunjukan adaya perbaikan
Gambar 1 Pertumbuhan kredit Perbankan Juli 2013 – Agustus 2015 y-o-y
Pertumbuhan kredit menunjukan peningkatan
g23
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (2015)

 

Pertumbuhan kredit menunjukan perbaikan hingga Agustus 2015. Pertumbuhan kredit perbankan Agustus 2015 sebesar 11,20 persen y-o-y lebih tinggi bila dibandingkan dengan Juni 2015 sebesar 10,48 persen. Peningkatan pertumbuhan kredit terjadi pada kredit modal dan kredit investasi yang tumbuh masing-masing sebesar 10,49 persen dan 12,93 persen atau lebih tinggi dari kuartal sebelumnya Juni 2015 sebesar 8,65 persen dan 11,94 persen. Sedangkan dari sisi kredit konsumsi tercatat sedikit lebih tinggi menjadi 9,98 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya Juni 2015 sebesar 9,52 persen. Pertumbuhan kredit investasi diharapkan memberi sumbangan pada pertumbuhan ekonomi serta memberikan manfaat pada sektor riil. Meskipun perbankan harus mewaspadai risiko kredit investasi yang bersumber dari dana perbankan yang rata-rata berjangka waktu pendek.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat pada Agustus 2015. Pertumbuhan DPK perbankan mengalami kenaikan sebesar 13,24 y-o-y persen pada Agustus 2015 lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan Juni 2015 sebesar 12,65 persen. Berdasarkan komponen, DPK meningkat terjadi pada giro, sedangkan pada tabungan dan deposito mengalami pelambatan. Pertumbuhan giro mengalami kenaikan sebesar 23,62 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan Juni 2015 sebesar 15,87 persen. Sedangkan pada pertumbuhan tabungan tumbuh 4,18 persen, lebih rendah dari Juni 2015 sebelumnya 4,52 persen dan pertumbuhan deposito mengalami sedikit perlambatan sebesar 14,38 persen, lebih rendah dari bulan Juni 2015 sebesar 16,39 persen.

 

Gambar 2 Perkembangan pertumbuhan Dana Pihak ketiga (DPK), Januari 2013 – Agustus 2015
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Agustus 2015 mengalami peningkatan
g24
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia OJK (2015)

 

Aset perbankan mengalami peningkatan dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Total aset perbankan pada Agustus 2015 naik menjadi IDR 6.010.747 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya Juni 2015 yang berada pada kisaran IDR 5.933.195 miliar. Adapun Bank Persero membukukan total aset sebesar 2.160 IDR triliun, tumbuh 10,92 persen y-o-y. Total aset Bank BUSN Devisa mencapai IDR 2.322 triliun, tumbuh 12,67 persen. Sedangkan, total aset Bank Pembangunan Daerah (BPD) tumbuh 21,62 persen atau mencapai 530 IDR triliun. Bank Asing membukukan total aset sebesar IDR 479 triliun atau tumbuh 17,87 persen. Total aset Bank BUSN Non Devisa tumbuh 7,65 persen atau mencapai IDR 188 triliun. Total aset Bank Campuran tumbuh 12,67 persen, atau hanya mencapai IDR 298 triliun. Secara total, aset perbankan Indonesia hanya mencapai IDR 12.021 triliun pada Agustus 2015 atau hanya tumbuh 15,17 persen lebih rendah dari kuartal sebelumnya Juni 2015 yang hanya mencapai 14,14 persen.

 

Gambar 3 Perkembangan total aset perbankan di Indonesia, Juli 2014 – Agustus 2015
Total aset perbankan pada Agustus 2015 melambat
g25
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia OJK (2015)

 

Rata-rata rasio kecukupan modal perbankan mengalami kenaikan. Perkembangan rata-rata Capital Adequacy Rate (CAR) bank umum dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 20,78 persen hingga bulan Juli 2015. Namun rata-rata CAR sempat mengalami penurunan sebesar 20,28 persen pada bulan Juni 2015. Nilai CAR hingga Juli 2015 mengalami kenaikan menjadi 20,78 persen dibandingkan dengan 20,28 persen pada bulan Juni 2015. Nilai CAR tersebut masih berada pada batas aman karena masih jauh ditas ketentuan minimum sebesar 8 persen. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa daya tahan perbankan masih cukup tinggi ketika dalam gejolak perekonomian yang tak kian menentu.

 

Gambar4 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) per kelompok bank Juni 2014 – Agustus 2015
Perkembangan CAR meningkat pada Agustus 2015
g26
Sumber: OJK dan CEIC (2015)

Gambar 5 Kinerja Bank Umum Juli 2012 – Agustus 2015
Rentabilitas perbankan masih relatif baik dan stabil serta Risiko Kredit dan Likuiditas perlu dijaga
g27
Sumber: CEIC dan Bank Indonesia (2015)

 

Profitabilitas dan Efisiensi perbankan dicerminkan dalam perkembangan Return on Asset (ROA) menunjukan relatif stabil dan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat. ROA pada Juli 2015 masih relatif stabil dengan bulan sebelumnya Juni 2015 sebesar 2,2 persen. Sedangkan, perkembangan LDR pada Agustus 2015 mengalami peningkatan menjadi 88,81 persen dibandingkan dengan Juni 2015 sebesar 87,62 persen. Peningkatan terjadi karena Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari kredit sehingga rasio fungsi intermediasi (loan to deposit ratio/LDR) perbankan naik.

Perkembangan Net Interest Margin (NIM) bank umum relatif stabil. Posisi Juli 2015, NIM bank umum tercatat 5,315 persen dibandingkan sebelumnya Juni 2015 sebesar 5,323 persen. Penurunan BI Rate direspon bank dalam menurunakan suku bunga deposito perbank. Penurunan suku bunga ini diharapkan akan memperbaiki likuiditas perbankan.

Perkembangan risiko kredit terlihat dari Rasio Non Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan. Pada Agustus 2015, rasio NPL mencapai 2,76 persen naik dibandingkan dengan akhir Juni 2015 sebesar 2,56 persen. Penyebab kenaikan tersebut karena harga sektor komoditas seperti sawit, batu bara dimana sektor ini mempunyai andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi. Penurunan harga komoditas membuat perusahaan komoditas berkurang kemampuannya untuk membayar kredit perbankan. Sehingga bank yang memberikan kredit pada sektor ini nilai NPL naik. Selain itu pengaruh melambatnya pertumbuhan ekonomi serta nilai tukar yang masih melemah.

Efisiensi perbankan dicerminkan dalam perkembangan Biaya Operasional terhadap Pendaptan Operasional (BOPO) mengalami peningkatan. Dalam efisiensi perbankan, rasio BOPO mengalami kenaikan menjadi 81,46 persen pada Agustus 2015 dibandingkan dengan Juni 2015 sebesar 80,42 persen. Nilai BOPO idealnya 60 persen namun nilai BOPO di Indonesia rata-rata masih dalam 80 persen. Peningkatan BOPO dikarenakan biaya operasional yang terus membesar. Hal ini menunjukan tingkat efisiensi perbankan masih rendah sehingga banyak biaya operasional yang harus ditekan untuk meningkatkan efisiensi kinerja perbankan.


Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.