Terminologi year-to-date (y-t-d) digunakan untuk menunjukkan cara perhitungan suatu variabel dalam suatu periode, dihitung dari titik awal dimulainya periode tersebut (tahun kalender/fiskal) sampai hari tertentu. Contoh penggunaan dari terminologi ini adalah sebagai berikut, misalkan perusahaan ABC ingin menghitung pendapatan y-t-d pada 31 Maret. Tahun fiskal perusahaan tersebut dimulai dari 1 Januari.
Berikut adalah rincian pembukuan perusahaan ABC:
Januari | Februari | Maret | |
---|---|---|---|
Pendapatan | Rp500 juta | Rp400 juta | Rp540 juta |
Maka, pendapatan y-t-d perusahaan ABC pada 31 Maret adalah sebesar Rp1.440 juta (total pendapatan dari Januari hingga Maret).
Contoh lain, misalkan negara A memiliki rincian realisasi belanja APBN sebagai berikut:
Januari | Februari | Maret | |
---|---|---|---|
Belanja | Rp200 miliar | Rp210 miliar | Rp230 miliar |
Maka, realisasi belanja y-t-d negara A pada 31 Maret adalah sebesar Rp640 miliar (total belanja dari Januari hingga Maret). Perlu diingat bahwa setiap perusahaan/negara dapat memiliki tahun fiskal yang berbeda-beda, sehingga titik awal pada 1 Januari tidak berlaku mutlak.
Y-t-d juga dapat digunakan untuk menunjukkan cara perhitungan dari variabel keuangan lain. Misalkan, seorang investor ingin mengetahui return portofolio investasi secara y-t-d. Pada 1 Januari investor tersebut memiliki total investasi sebesar Rp500 juta. Kemudian, pada 30 November, total investasi investor tersebut naik menjadi Rp650 juta.
Januari | November | |
---|---|---|
Portofolio | Rp500 miliar | Rp650 miliar |
Return y-t-d per 30 November (Rp) | Rp650 – Rp500 = Rp150 juta | |
Return y-t-d per 30 November (%) | (Rp650 juta – Rp500 juta)/Rp500 juta x 100% = 30% |
Return investasi dalam rupiah adalah sebesar Rp150 juta. Sementara itu, return investasi dalam persen sebesar 30 persen. Hasil tersebut didapatkan dengan mengurangkan nilai sekarang dengan nilai pada titik awal dan membaginya dengan nilai awal, lalu dikalikan dengan 100 persen.