1. GAMA Leading Economic Indicator
GAMA LEI memprediksikan kecenderungan penurunan siklus perekonomian Indonesia yang masih berlanjut
Sumber: Estimasi Tim Macdash (2015)
Leading Economic Indicator merupakan salah satu model early warning system untuk memprediksi arah pergerakan ekonomi satu kuartal ke depan. Kinerja pada variabel makro seperti investasi, konsumsi semen, pemberian kredit, jumlah wisatawan yang datang, harga bahan bakar minyak, serta kapitalisasi pasar saham BEI dari pasar modal cukup berpengaruh pada kondisi perekonomian. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa beberapa indikator ekonomi makro lainnya dapat berubah dengan cepat dalam beberapa waktu ke depan.
GAMA LEI mampu menghasilkan perkiraan siklus perekonomian (PDB) Indonesia dengan akurat pada beberapa waktu sebelumnya. GAMA LEI yang dihasilkan edisi-edisi sebelumnya pada tahun 2014 ini telah telah berhasil memprediksi perlambatan ekonomi dari kuartal I tahun 2014 hingga kuartal I tahun 2015. GAMA LEI juga masih memprediksikan kinerja perekonomian Indonesia yang menunjukkan perlambatan pada kuartal II tahun 2015. Hal tersebut disebabkan adanya penurunan kinerja pada beberapa indikator kunci perekonomian Indonesia yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun dibandingkan kuartal sebelumnya.
Hasil prediksi GAMA LEI pada edisi ini menghasilkan adanya kecenderungan penurunan siklus perekonomian (PDB) Indonesia. Model GAMA LEI pada Kuartal I-2015 menunjukan perubahan arah pergerakan perekonomian yang menurun. Pergerakan GAMA LEI yang menurun menghasilkan prediksi penurunan siklus perekonomian (PDB) Indonesia pada Kuartal II-2015. Kondisi tersebut dapat dianalisis lebih lanjut menggunakan siklus dari indikator yang menyusunnya yaitu (1) realisasi investasi dalam dan luar negeri, (2) konsumsi semen, (3) pemberian kredit, (4) jumlah wisatawan yang datang, (5) harga bahan bakar minyak, dan (6) kapitalisasi pasar saham BEI.
Ekonomi Indonesia kuartal I tahun 2015 tumbuh 4,71 persen (y-o-y) melambat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2014 sebesar 5,14 persen. Kondisi perlambatan ini diprediksi masih akan berlanjut untuk kuartal II tahun 2015. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah melambatnya laju pertumbuhan kredit akibat rendahnya permintaan pembiayaan pada awal tahun dan tekanan suku bunga kredit. Selain itu, konsumsi masyarakat yang relatif rendah dibandingkan periode sebelumnya, menjadi salah satu sumber lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Turunnya konsumsi rumah tangga disebabkan karena depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang berimplikasi pada meningkatnya harga barang kebutuhan pokok. Masyarakat pun terbebani dengan harga bahan bakar minyak yang tidak menentu, dan di saat bersamaan tarif listrik dan gas elpiji mengalami peningkatan.