Home » Tak Berkategori » Perkembangan Ekonomi Terkini 2014:IV

Perkembangan Ekonomi Terkini 2014:IV

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2014 menyentuh angka 5,01% (y-o-y). Angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 5,63% (y-o-y). Nampaknya, efek multiplier dari Pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014 lalu tidak sebesar yang diharapkan. Namun demikian, melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut sesuai dengan perkiraan GAMA Leading Economic Indicator yang telah lebih dahulu memprediksi adanya penurunan siklus perekonomian Indonesia pada kuartal III-2014.

 

Gambar 1: Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2012 – 2014 (y-o-y, dalam %)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren yang terus melamban selama beberapa kuartal terakhir

g 1

Sumber: BPS dan CEIC (2014)

Kian melambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama beberapa kuartal terakhir ini sejalan dengan melambannya pertumbuhan ekonomi pada dua negara mitra dagang utama Indonesia yaitu Tiongkok dan Jepang. Melemahnya kinerja pertumbuhan ekonomi di kedua negara tersebut juga diperburuk oleh harga komoditas global yang masih rendah seiring dengan melemahnya permintaan global. Menurut publikasi Bank Dunia, harga minyak dunia dan harga komoditas non migas pada Oktober 2014 menurun masing-masing sebesar 8,9% (m-t-m) dan 1,0% (m-t-m). Kondisi tersebut turut berdampak buruk bagi kinerja ekspor Indonesia pada kuartal III-2014.
Seiring dengan melemahnya kinerja ekspor di Indonesia, SektorIndustri (yang terdiri dari Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih serta Sektor Konstruksi) juga tercatat mengalami perlambatan pada kuartal III-2014. Pertumbuhan Sektor Industri melambat menjadi 4,98% (y-o-y) jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 5,32% (y-o-y). Hal serupa juga terjadi pada angka pertumbuhan Sektor Jasa yang turut melambat. Pada kuartal III-2014, Sektor Jasa mencatat pertumbuhan sebesar 6,08% (y-o-y), melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang mencapai 6,24 (y-o-y). Kondisi tersebut disebabkan oleh melemahnya kinerja pada Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa perusahaan seiring dengan melambatnya pertumbuhan kredit pada kuartal III-2014 dimana Bank Indonesia mengkoreksi proyeksi pertumbuhan kredit di tahun 2014 dari 18,2% (y-o-y) menjadi 14,4% (y-o-y). Penyebab perlambatan tersebut antara lain karena rendahnya permintaan pembiayaan dari nasabah, kenaikan suku bunga dan meningkatnya risiko pemberian kredit.
Di sisi lain, Sektor Primer (yang terdiri dari Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan serta Sektor Pertambangan dan Penggalian) mampu tumbuh lebih tinggi pada kuartal III-2014. Menurut data yang dilansir dari BPS, pertumbuhan sektor primer pada kuartal III-2014 mencapai 2,56% (y-o-y) lebih tinggi jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya yang hanya mencapai 2,10% (y-o-y). Pertumbuhan sektor primer tersebut terutama didukung oleh pertumbuhan pada Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mampu tumbuh menjadi 0,31% (y-o-y) setelah beberapa kuartal terakhir mengalami kontraksi pasca penerapan Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba) pada 12 Januari 2014 lalu. Selain itu, musim Lebaran yang jatuh pada bulan Juli 2014 ikut mendorong produksi tanaman pangan dan daging ternak pada Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Tercatat pada kuartal III-2014, pertumbuhan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan mencapai 3,74% (y-o-y), lebih tinggi dari pertumbuhan pada kuartal sebelumnya yang hanya mencapai 3,43% (y-o-y).

 

Gambar 2: Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Pengeluaran, Tahun 2012 – 2014 (y-o-y, dalam %)
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2014 masih ditopang oleh tingginya Konsumsi Rumah Tangga dan Pemerintah

g 2

Sumber: BPS dan CEIC (2014)

 

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga mencatat pertumbuhan tertinggi secara year-on-year pada kuartal III-2014. Menurut data yang dilansir oleh BPS,  pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga pada kuartal III-2014 mencapai 5,31% (y-o-y), lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang hanya mencapai 4,84% (y-o-y). Selanjutnya, pertumbuhan Konsumsi Pemerintah tercatat meningkat signifikan pada kuartal III-2014 yaitu 4,37% (y-o-y) setelah sebelumnya mengalami kontraksi pada kuartal II-2014 hingga mencapai -0,71% (y-o-y). Hal ini terkait dengan peningkatan realisasi belanja barang dan bantuan sosial yang dilakukan pada kuartal III-2014. Selain itu, menurut data Kementerian Keuangan, pola penyerapan belanja pemerintah baik dari belanja barang maupun pegawai juga meningkat pada kuartal III-2014.
Sementara itu, pertumbuhan pengeluaran Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB) menunjukkan tren yang terus menurun selama tahun 2014. Pertumbuhan Investasi pada kuartal III-2014 hanya mencapai 4,02% (y-o-y), jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada kuartal I-2014 dan kuartal II-2014 yang masing-masing mencapai 5,99% (y-o-y) dan 5,21% (y-o-y). Hal ini disebabkan oleh perilaku wait and see para investor yang masih mencari aman terutama terkait dengan situasi politik di Indonesia pasca Pemilu. Selanjutnya, kinerja Ekspor neto pada kuartal III-2014 masih terbilang cukup lemah. Hal ini disebabkanoleh pertumbuhan nilai Impor yang rendah sebesar -3,63% (y-o-y) dan Ekspor yang masih mengalami kontraksi pada kuartal III-2014 mencapai -0,70% (y-o-y).
Selanjutnya, BPS melakukan perubahan tahun dasar PDB tahun 2000 menjadi tahun 2010 untuk perhitungan PDB pada tahun 2015 (berlaku per Februari 2015). Menurut BPS, hal ini dilatarbelakangi oleh pengaruh perekonomian global terhadap stuktur perekonomian nasional dalam 10 tahun terakhir. Melalui perubahan tahun dasar ini, maka akan ada penambahan sektor lapangan usaha menjadi 17 lapangan usaha yang digunakan sebagai dasar perhitungan PDB di mana sebelumnya hanya terdapat 9 lapangan usaha. Selain itu, adanya sumber data baru seperti Sensus Penduduk tahun 2010 dan Indeks Harga Produsen (IHP) juga menjadi alasan adanya perhitungan baru tersebut. Pada tahun 2015 mendatang, perhitungan PDB pada sisi pengeluaran pun berubah menjadi 7 skema pengeluaran dengan memasukkan 1 komponen baru yaitu Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga.

 

Gambar 3: Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka di Indonesia, Agustus 2012 – Agustus 2014 (dalam %)
Tingkat pengangguran terbuka memburuk

g 3 

Sumber: BPS dan CEIC (2014)

 

Seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2014, tingkat pengangguran pada Agustus 2014 juga memburuk menjadi sebesar 5,94% dari Februari 2014 yang mencapai 5,70%. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan angka pengangguran pada periode yang sama di tahun sebelumnya, tingkat pengangguran pada Agustus 2014 sedikit mengalami penurunan. Secara keseluruhan, siklus pengangguran di Indonesia pada tahun 2014 cenderung mengikuti musim panen raya yang dimulai pada bulan Februari hingga April. Masa panen raya tersebut ikut mendorong penyerapan tenaga kerja sehingga tingkat pengangguran ikut membaik pada Februari dan cenderung menurun pada Agustus. Sementara itu, tingkat partisipasi angkatan kerja pada Agustus 2014 juga menurun menjadi 66,60% jika dibandingkan dengan Februari 2014 yang mencapai 69,17%.
Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, Sektor Pertanian masih menjadi penyumbang terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia padaAgustus 2014 dengan kontribusi sebesar 34%. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari 2014, kontribusi Sektor Pertanian menurun. Menurut data yang dilansir BPS, penduduk yang bekerja pada Sektor Pertanian pada Agustus 2014  mencapai 38,97 juta orang, menurun jika dibandingkan pada Februari 2014 yang mencapai 40,83 juta orang. Hal ini terkait dengan berakhirnya musim panen raya pada April 2014 sehingga mengurangi penyerapan tenaga kerja pada Sektor Pertanian. Selain Sektor Pertanian, sektor-sektor yang berkontribusi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia pada Agustus 2014 adalah Sektor Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan yang masing-masing berkontribusi sebesar 21,66% dan 16,07%.

 

Tabel 1: Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Tahun 2012 – 2014 (dalam %)
Struktur lapangan pekerjaan di Indonesia pada Agustus 2014 tidak mengalami banyak perubahan dimana Sektor Pertanian masih menjadi sektor yang berkontribusi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja

t 1

 Sumber: BPS dan CEIC (2014, diolah)

 

Sementara itu, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada 18 November 2014 diperkirakan akan meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia. BPS mencatat, garis kemiskinan pada Maret 2014 adalah IDR 302.735 per kapita per bulan dan ukuran hampir miskin mencapai IDR 363.282 per kapita per bulan. Sementara itu, menurut publikasi Bank Dunia yang mengolah data Survei Sosial Ekonomi Nasional per September 2014 27,4% penduduk (sekitar 68 juta penduduk di Indonesia) rentan terhadap kemiskinan. Artinya, apabila terjadi shocks seperti kenaikan harga BBM, kelompok penduduk hampir miskin ini dapat dengan mudah jatuh kebawah garis kemiskinan dan pada akhirnya akan meningkatkan angka kemiskinan di Indonesia.

 

Tabel 2: Perkembangan Kemiskinan di Indonesia 2011 – 2014
Kenaikan harga BBM berpotensi tingkatkan angka kemiskinan di Indonesia

t 2

Catatan: * = ukuran hampir miskin adalah 1,2 kali dari garis kemiskinan
Sumber: BPS dan CEIC (2014, diolah)


Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.