Home » Tak Berkategori » Perkembangan Keuangan Pemerintah dan Fiskal 2016:II

Perkembangan Keuangan Pemerintah dan Fiskal 2016:II

1.     Adanya Revisi Anggaran Pemerintah pada APBNP sehingga ada Penyesuaian Kondisi Ekonomi Terkini

Tabel 1 Realisasi Indikator Makroekonomi 2015 dan 2016

Adanya penyesuaian ekonomi sehingga berubahnya asumsi makro pada APBNP

apbn1
Sumber: Kementerian Keuangan (2016)

Asumsi makro ekonomi pada APBNP disesuaikan dengan kondisi ekonomi terkini. Pertumbuhan ekonomi pada APBNP sebesar 5,2 persen lebih rendah dibandingkan target awal APBN 2016. Tantangan perekonomian dunia yang masih cukup berat seperti Tiongkok yang masih tumbuh moderat. Realisasi Inflasi pada APBNP sebesar 4,0 persen lebih rendah dibandingkan target awal APBN 2016. Pelemahan kondisi perekonomian global juga mendorong rendahnya laju inflasi inti. Selain itu masih rendahnya harga komoditas energi pendukung rendahnya laju inflasi komponen harga yang diatur pemerintah. Nilai tukar pada APBNP sebesar IDR 13.500, lebih rendah dari asumsi APBNP 2016. Adanya risiko ekternal seperti potensi kenaikan suku bunga The Fed jilid dua serta pengaruh keuangan ekonomi Tiongkok membuat rupiah cukup tertekan. Pada Harga minyak mentah menunjukan penuruan menjadi USD 40/barel, lebih rendah dibandingkan APBNP 2016. Permintaan minyak dunia yang masih rendah akibat perlambatan ekonomi global. Sedangkan lifting minyak dan gas bumi juga menunjukan penurunan yang masing-masing sebesar 820 ribu barel per hari dan 1.150 ribu barel per hari, lebih rendah dibandingkan target awal APBNP 2016. Rendanya harga minyak dunia dan adanya kecenderungan produksi minyak masih menurun mendukung rendahnya lifting migas pada APBNP 2016.

Realiasasi asumsi makro 2015 rata-rata mengalami penurunan target dari APBNP 2015. Realisasi pertumbuhan ekonomi rendah sebesar 4,8 persen, lebih rendah dibandingkan target APBNP 2015. Pelemahan ekonomi global yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tingkat inflasi realisasi 2015 sebesar 3,4 persen, lebih rendah dibandingkan target APBNP 2015. Rendahnya inflasi salah satunya karena terjaganya pasokan pangan dan kelancaran distribusipada saat terjadinya EL Nino. Reformasi subsidi energi juga mendukung rendahnya laju inflasi. Tingkat suku bunga SPN menunjukan penurunan menjadi 6,0 persen dibandingkan target APBNP 2015. Tekanan suku bunga disebabkan beberapa hal diantaranya QE di Jepang dan Eropa, risiko kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Sehingga menyebabkan capital flow yang masuk ke negara berkembang akan lebih selektif sehingga ketersedian modal tebataskarena prefensi investor memprioritaskan menanam modal pada pasar safe heaven. Realisasi Nilai Tukar menurun menjadi IDR 13.392, dibandingkan target APNBNP 2015. Lemahnya nilai tukar masih dipengaruhi dintaranya oleh potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang berpengaruh pada masuknya aliran modal ke negara emerging market, turunnya harga komodtas dan pemerintah Tiongkok yang masih melemah. Realisasi harga minyak dunia menurun signifikan menjadi USD 49/barel, dibandingkan target APBNP 2015. Masih tingginya pasokan minyak mentah dunia terutama setelah pencabutan embargo ekonomi Iran medorong lemahnya harga minyak dunia sepanjang 2015. Realisasi Lifting migas juga menunjukan penurunan yang masing-masing sebesar 778 ribu per barel dan 1.195,4 ribu per barel, dibandingkan dengan target APBNP 2015. Beberapa faktor seperti banyak sumur yang sudah tua dan menurunnya harga minyak dunia menyebabkan disintensif bagi investasi baru sehingga masih rendahnya realisasi lifting minyak dan gas bumi.

 

Tabel 2 Ringkasan Realisasi APBNP 2015, realisasi 2015, APBN 2016, APBNP 2016 (Rp Triliun)

Realisasi anggaran 2014 dan APBNP 2016 lebih rendah dibandingkan dengan target awal yang telah ditetapkan

apbn2

 

Sumber: Kementerian Keuangan (2016)

Realisasi APBN 2015 pada pendapatan, belanja dan defisit anggaran masih rendah. Realisasi pendapatan negara hanya sebesar IDR 1.508,2 triliun atau 85,6 persen dari target APBNP 2015, lebih rendah dari target APBNP 2015. Penurunan pendapatan didukung oleh turunnya pendapatan perpajakan sebesar IDR 1.240,4 triliun atau 83,3 persen dari target APBNP 2015. Penurunan pendapatan pajak disebabkan melambatnya perekonomian terutama pada sector industri pengolahan dan pertambangan akibat dari rendahnya permintaan. Kinerja impor yang turun juga menyebabkan tidak tercapainya pendapatan bea keluar sehingga penerimaan pajak juga ikut menurun. Selain itu, PNBP juga mengalami penurunan menjadi sebesar IDR 255,6 triliun atau 95 persen dari target APBNP 2015. Penurunan disebabkan turunnya harga minyak dunia dan komoditas mineral batu bara dalam pasar internasional. Realisasi belanja negara juga menunjukan penurunan tercatat IDR 1.806,5 triliun atau 91,05 persen dari target APBNP 2015. Penurunan penyerapan belanja disorong oleh turunnya belanja pemerintah pusat yang tercata hanya sebesar IDR 1.183,3 triliun atau 89,7 dari target APBNP 2015. Rendahnya penyerapan disebabkan adanya melambatnya penyerapan di awal tahun dan akhirnya penyerapan bertumpuk pada akhir-akhir tahun sehingga sulit untuk mencapa target yang ditetapkan. Besaran defisit anggaran pada realisasi 2015 meningkat yang tercatat sebesar IDR 298,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan target APBNP 2015. Sehingga rasio defisit juga mengalami kenaikan yang tercata sebesar 2,6 persen, lebih tinggi dari target APBNP 2015.

Target APBNP 2016 mengalami penurunan, dibandingkan dengan target APBN 2016. Target pendapatan negara pada anggaran APBNP 2016 sebesar IDR 1.786,5 triliun, lebih rendah dari target awal APBN 2016. Penurunan didukung dengan penerimaan pajak yang sedikit lebih rendah dibandingkan dengan target APBN 2016. Rendahnya penerimaan pajak disebabkan proyeksi perekonomian yang belum maksimal dan harga komoditas terutama migas masih rendah. Penerimaan negara bukan pajak juga megalami penurunan dalam APBNP 2016 dibandingkan dengan target awal di APBN 2016. Penurunan lebih disebabkan turunnya penerimaan sumber daya alam yang dikhususkan pada migas. Kontribusi terbesar masih berada pada penerimaan SDA migas namun Harga minyak dunia (ICP) dan lifting migas rendah. Selanjutnya, target belanja negara mengalami penurunan yang tercatat sebesar IDR 2.082,9 triliun dibandingkan target awal APBN 2016. Penurunan terjadi pada belanja pemerintah pusat yang disebabkan adanya perubahan asumsi makro. Kebijakan pemerintah juga membuat perubahan yang perlu adanya penyesuain baik penambahan belanja atau pengurangan belanja negara. Sedangkan dari transfer daerah target APBNP 2016 lebih tinggi yang tercatat sebesar IDR 776,3 triliun dibandingkan target awal APBN 2016. Peningkatan hibah disebabkan pada adanya perubahan pada penarikan hibah dan hibah luar negeri yang diterushibahkan pada berbagai daerah. Disisi defisit anggaran target apbnp 2016 mengalami kenaikan yang tercatat sebesar 2,4 persen terhadap PDB, lebih tinggi dibandingkan APBN 2016. Kenaikan tersebut disebabkan oleh menurunnya pendapatan negara, baik penerimaan pajak maupun penerimaan negara bukan pajak.

 

Tabel 3 Realisasi Penerimaan, Belanja dan Defisit Anggaran APBNP 2015 – APBN 2016 (Rp Triliun)

Proporsi pencapaian penerimaan negara rendah, di sisi lain penyerapan belanja negara sedikit meningkat

apbn3

 

Sumber: Direktorat Jenderal Anggaran, Kemenkeu (2016)

Realisasi pendapatan negara mengalami penurunan, belanja dan defisit anggaran meningkat. Realiasi pendapatan negara dan hibah hingga kuartal I-2016 mengalami penurunan yang tercatat sebesar IDR 667,9 triliun atau 35,5 persen dari target APBNP 2016, lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Penurunan didukung dengan penurunan penerimaan perpajakn dan penerimaan bukan pajak. Beberapa penyebab penurunan pendapatan yaitu perlambatan ekonomi, rendahnya harga komoditas minyak dunia dan baru bara dan aktivitas ekpor dan impor menurun. Dari sisi belanja negara, realisasi semester I-2016 mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar IDR 865,4 triliun atau 41,5 persen terhadap APBNP 2016. Peningkatan belanja negara disebabkan bebearap factor diantaranya penyerapan belanja negara yang lebih cepat pada percepatan lelang (optimalisasi e-katalog, aplikasi lelang) dalam anggaran belanja. Selain itu penyerapan transfer ke daerah dan dana desa dengan meningkatkan pola transfer daerah menjadi dua kali dalam setahun. Realisasi defisit juga mengalami peningkatan yang tercatat sebesar 1,8 persen terhadap PDB atau 77,9 persen terhadap APBN 2016. Meningkatnya defisit dipengaruhi adanya perlambatan penyerepan pendapatan negara dan percepatan belanja negara.


Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.