Home » Tak Berkategori » Perkembangan Moneter 2013:IV

Perkembangan Moneter 2013:IV

Selaras dengan melambatnya petumbuhan ekonomi domestik, pertumbuhan uang beredar dalam arti luas (M2) juga mengalami perlambatan. Pertumbuhan M2 pada bulan Oktober 2013 melambat menjadi 13,02% (y-o-y) dari 14,57% (y-o-y) pada bulan sebelumnya. Sebaliknya, pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) meningkat menjadi 10,48% (y-o-y) dari 9,08% (y-o-y) pada bulan sebelumnya.

Gambar 4: Jumlah Uang beredar, Tahun 2011 – 2013* (dalam IDR Triliun)
Pertumbuhan jumlah uang beredar M2 mengalami perlambatan di bulan November 2013, sebaliknya pertumbuhan M1 meningkat dibanding bulan sebelumnya.

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
*= Oktober 2013

 

Gambar 5: Tingkat Inflasi, Tahun 2011 – 2013* (y-o-y, dalam %)
Inflasi November 2013 mencapai 8,37% (y-o-y).

Sumber: BPS dan CEIC (2013)
*=November 2013

Tren meredanya tekanan terhadap inflasi sejak Agustus 2013 sedikit tersendat di bulan  November 2013. Secara y-o-y laju inflasi November 2013 sebesar 8,37%, sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 8,32%. Pada bulan November 2013, secara y-o-y inflasi inti mencapai 4,8%, harga diatur pemerintah tercatat sebesar 16,16%, dan harga bergejolak sebesar 12,97%. Sementara itu, secara m-t-m pada November 2013 terjadi inflasi sebesar 0,12% sehingga laju inflasi tahun kalender (Januari – November 2013) mencapai 7,79%. Angka inflasi November 2013 (0,12%) secara m-t-m lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,09%.

Pendorong terbesar inflasi bulan November 2013 adalah kenaikan harga komoditas perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yang tercatat mencapai inflasi sebesar 0,68% (m-t-m). Hal ini tidak lepas dari adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif listrik sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.30/2012 tentang Tarif Tenaga Listrik. Berdasarkan peraturan tersebut, pemerintah melakukan Penyesuaian tarif listrik secara bertahap sepanjang tahun 2013. Tahap pertama dilakukan pada 1 Januari – 31 Maret 2013; tahap kedua pada 1 April – 30 Juni 2013; tahap ketiga pada 1 Juli – 30 September 2013; dan tahap keempat pada 1 Oktober 2013. Sumber inflasi lainnya adalah komoditas Makanan jadi, minuman rokok, dan tembakau, sebesar 0,27% (m-t-m).

 

Gambar 6: Tingkat Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran, Tahun 2011 – 2013* (m-t-m, dalam %)
Salah satu penyebab inflasi November 2013 adalah kenaikan tarif listrik sehingga harga komoditas perumahan, air, listrik dan bahan bakar mencapai inflasi 0,68%.

Sumber: BPS dan CEIC (2013)
*=November 2013

Komponen energi pada November 2013 mengalami inflasi sebesar 1,10% (m-t-m) atau terjadi kenaikan indeks dari 148,24 pada Oktober 2013 menjadi 149,87 pada November 2013. Inflasi komponen energi untuk tahun kalender (Januari – November) 2013 sebesar 20,48%. Sementara itu, komponen energi pada bulan November 2013 memberikan sumbangan terhadap inflasi nasional sebesar 0,01%.

Selanjutnya,  dari 66 kota tersurvei, 38 kota mengalami inflasi dan sebanyak 28 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Maumere 1,54% (m-t-m), sementara inflasi terendah terjadi di Mataram dan Sibolga masing-masing sebesar 0,03% (m-t-m). Deflasi tertinggi terjadi di Sorong, mencapai 1,29% (m-t-m) dan deflasi terendah terjadi di Bengkulu 0,02% (m-t-m).  Berdasarkan pernyataan BPS, sebagian kota di wilayah tanah air mengalami deflasi karena angkutan udara sudah menurunkan tarif. Selain itu, pemerintah juga mengklaim berhasil menurunkan harga komoditas harga bergejolak, khususnya untuk sayur dan buah.

Gambar 7: Perkembangan BI Rate, Suku Bunga SBI, Deposito dan Penjaminan  Tahun 2009 – 2013* (dalam %)
BI rate pada November 2013 tertinggi dalam tiga tahun terakhir

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
*= november 2013

 

Bank sentral kembali menaikkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 7,50% pada 13 November 2013. Kenaikan BI rate ini untuk menekan defisit neraca transaksi, serta antisipasi tapering off dan debt ceiling Amerika Serikat. BI terakhir kali menaikkan suku bunga acuan pada Rapat Dewan Gubernur 12 September 2013, naik 25 basis poin dari 7% menjadi 7,25%.

Selain itu, beberapa hal lainnya yang menjadi pertimbangan BI untuk menaikkan BI rate adalah untuk menekan defisit neraca transaksi berjalan sehingga lebih sehat. Meskipun saat ini impor sudah mulai menurun, namun penurunannya belum sebesar yang diharapkan. Di samping itu, pertumbuhan kredit yang cenderung tinggi, tercatat sebesar 23,1% (y-o-y) pada September 2013, lebih tinggi dibandingkan bulan Agustus 2013 yang tumbuh 22,2% (y-o-y). Oleh sebab itu, BI menaikkan suku bunga acuannya untuk menekan pertumbuhan kredit tersebut.

 

Gambar 8: Cadangan Devisa Indonesia, Tahun 2011 – 2013* (dalam USD Miliar)
Cadangan devisa di bulan Oktober 2013 meningkat tipis

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
*= Oktober 2013

Cadangan devisa pada akhir Oktober 2013 mencapai USD 97 miliar, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat mencapai USD 95,7 miliar. Pada umumnya kenaikan cadangan devisa disebabkan oleh adanya surplus dari neraca perdagangan saat ekspor lebih besar daripada impor, atau surplus neraca modal saat aliran uang masuk lebih tinggi daripada uang yang keluar. Selain itu, kenaikan cadangan devisa juga bisa disebabkan oleh adanya aliran dana masuk terutama untuk membeli surat berharga negara dan sertifikat bank Indonesia. Penguatan cadangan devisa periode Oktober 2013 tidak lepas dari kebijakan pemerintah menerbitkan sukuk global pada September 2013. Surat Berharga Syariah Negara tersebut diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan senilai USD 1,5 miliar. Hal ini otomatis menambah cadangan devisa di tanah air. Selain itu, meningkatnya cadangan devisa juga didorong oleh mulai masuknya kembali dana asing jangka pendek serta upaya bank sentral menarik dana asing melalu Sertifikasi Bank Indonesia dan deposito berjangka valas yang mulai mendatangkan hasil. Kenaikan cadangan devisa sebesar USD 1,3 miliar pada Oktober 2013 merupakan hasil perpaduan kebijakan BI dan pemerintah. Posisi cadangan devisa bulan Oktober 2013 setara dengan 5,5 bulan impor atau setara dengan 5,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Gambar 9: Nilai Tukar dan Harga Saham, Tahun 2011 – 2013*
Bank Indonesia intervensi menjaga rupiah

 

Sumber : Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, dan CEIC (2013)
*= November 2013

 

Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) melemah semakin dalam kuartal terakhir ini. Melemahnya rupiah berarti dollar AS semakin mahal. Akibatnya, untuk mendapatkan dollar AS dibutuhkan rupiah dalam jumlah yang semakin besar. Mahalnya dollar AS diakibatkan oleh permintaan tinggi dan penawaran terbatas. Oleh karena itu, Bank Indonesia melakukan intervensi pasar untuk menjaga ketersediaan valuta asing. Permintaan akan dollar AS yang tinggi antara lain berhubungan dengan kebutuhan atas dollar AS untuk pembayaran utang luar negeri. Utang luar negeri Indonesia per September 2013 tercatat sebesar USD 159,867 miliar. Rencana pembayaran pokok dan bunga utang pada Oktober – Desember 2013 senilai USD 21,025 miliar.

Hingga akhir November 2013, rupiah semakin mendekati IDR 12.000 per USD. Oleh karena itu, Bank Indonesia tetap melakukan intervensi pasar untuk menjaga ketersediaan valuta asing. Berdasarkan data Bank Indonesia, nilai tukar rupiah per 30 November 2013 mencapai IDR 11.977 per USD.  Sejak November 2008, posisi ini menunjukkan keberadaan rupiah yang paling terpuruk. Meskipun pemerintah telah menerapkan 4 paket kebijakan ekonomi bersama Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan pada Agustus 2013 untuk mencegah krisis ekonomi yang salah satu tujuannya adalah memperbaiki neraca transaksi berjalan dan menjaga nilai tukar rupiah, namun upaya tersebut belum membuahkan hasil yang menggembirakan. 

Sementara itu, ditengah pergerakan rupiah yang semakin melemah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi tidak berkutik. IHSG merosot ke level 4256 per November 2013 dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat berada pada level 4510. Pelemahan ini tidak lepas dari turunnya indeks saham bluechips.


Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.