Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal IV-2011 – Kuartal IV-2014 (USD Miliar)
Surplus Neraca Pembayaran Indonesia berkurang
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2015)
Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia memburuk di kuartal IV-2014. Surplus Neraca Pembayaran turun sebanyak 62,8% dari kuartal sebelumnya yang berada pada angka USD 6,48 miliar menjadi USD 2,41 miliar. Penurunan surplus pada kuartal ini terutama disebabkan oleh berkurangnya surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial sekalipun defisit Neraca Transaksi Berjalan mengecil. Demikian pula secara year-on-year, surplus Neraca Pembayaran juga turun sebesar 45,37% dari USD 4,41 miliar di kuartal IV-2013 karena kombinasi antara melebarnya defisit Neraca Transaksi Berjalan dan menyempitnya surplus Neraca Modal dan Finansial.
Di kuartal IV-2014, defisit Neraca Transaksi Berjalan Indonesia tetap berlanjut. Hal ini telah berlangsung sejak kuartal IV-2011 dengan tren yang berfluktuasi. Namun demikian secara q-t-q kinerja Neraca Transaksi Berjalan menunjukkan perbaikan. Defisit pada kuartal III-2014 tercatat sebesar USD 6,96 miliar (2,95 persen dari PDB) sebelum turun menjadi USD 6,18 miliar (2,58 persen dari PDB) di kuartal berikutnya. Perbaikan kinerja ini disebabkan oleh kenaikan surplus pada Neraca Barang dan Pendapatan Sekunder yang lebih besar dibanding kenaikan defisit pada Neraca Jasa-Jasa dan Pendapatan Primer. Namun secara year-on-year, kondisi Neraca Transaksi Berjalan di kuartal IV-2014 justru lebih buruk daripada kuartal IV-2013 yang hanya defisit sebesar USD 4,32 miliar (defisit membesar 42,3% y-o-y).
Surplus Neraca Transaksi Modal dan Finansial menurun drastis pada kuartal IV-2014 (-47,1% q-t-q). Semula di kuartal sebelumnya Indonesia memperoleh surplus pada Neraca Transaksi Modal dan Finansial sebesar USD 14,73 miliar kemudian turun setengahnya menjadi USD 7,79 miliar. Hal ini dikarenakan surplus pada Neraca Investasi Langsung dan Portofolio masing-masing menunjukkan penurunan yang melebihi kenaikan surplus pada Neraca Investasi Lainnya. Sejalan dengan hal itu, Neraca Transaksi Modal dan Finansial di kuartal IV-2014 juga mencatatkan tingkat surplus yang lebih kecil dari kuartal yang sama di tahun 2013 (pertumbuhan surplus -10,4% y-o-y). Kendati demikian nilai Neraca Transaksi Modal dan Finansial pada kuartal IV-2014 mencatatkan surplus selama tiga tahun terakhir.
Neraca Transaksi Berjalan Kuartal IV-2011 – Kuartal IV-2014 (USD Miliar)
Defisit Neraca Transaksi Berjalan Berkurang Tipis
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2015)
Surplus Neraca Barang naik sebesar USD 0,81 miliar atau tumbuh 51,76 % q-t-q pada kuartal IV-2014. Minyak sawit menjadi komoditas yang nilai ekspornya naik paling besar, secara q-t-q mencapai USD 0,41 miliar. Berdasarkan data yang dipublikasikan GAPKI, kenaikan volume ekspor terbesar Palm Oil dan Palm Kernel Oil berasal dari Tiongkok (202,51% q-t-q) kemudian berurutan diikuti oleh Timur Tengah (44,42%) dan India (44,40%). Minyak sawit sendiri merupakan komoditas ekspor unggulan kedua terbesar setelah batu bara dengan nilai ekspor mencapai USD 4,70 miliar (setara dengan 12,87% total ekspor non-migas) di kuartal IV-2014. Namun berbeda halnya dengan pertumbuhan q-t-q, secara year on year dari kuartal IV-2013 ke kuartal IV-2014 justru terdapat penurunan surplus Neraca Barang sebesar 49,66% yang disebabkan oleh meningkatnya impor BBM dan turunnya permintaan komoditas ekspor Indonesia.
Menurunnya harga minyak dunia di akhir tahun 2014 mendorong defisit Neraca Migas ikut mengecil. Di kuartal III-2014 defisit sebesar USD 3,13 miliar kemudian turun ke USD 2,78 miliar pada kuartal berikutnya. Menyempitnya nilai defisit disebabkan nilai impor minyak yang turun dari USD 9,63 miliar menjadi USD 8,51 miliar (-11,56% q-t-q) karena koreksi harga minyak mentah dan produk kilang. Adapun secara year on year, defisit Neraca Migas sebaliknya melebar sebesar USD 0,66 miliar karena memburuknya kinerja Neraca Minyak maupun Gas. Defisit Neraca Migas di Indonesia telah berlangsung sejak kuartal II-2011 walaupun sempat surplus sesaat pada kuartal III-2011.
Neraca Perdagangan Barang Kuartal IV-2011 – Kuartal IV-2014 (USD Miliar)
Surplus Neraca Perdagangan Barang menanjak perlahan-lahan
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2015)
Penurunan defisit Neraca Transaksi Berjalan juga didukung oleh naiknya surplus Neraca Pendapatan Sekunder. Nilai surplus Neraca Pendapatan Sekunder per kuartal IV-2014 adalah sebesar USD 1,40 miliar dengan tingkat pertumbuhan q-t-q 16% dan y-o-y 12,81%. Naiknya surplus tersebut secara langsung bersumber dari meningkatnya penerimaan transfer berjalan pemerintah dan remitansi TKI, disamping terjadinya penurunan pembayaran transfer berjalan di semua sektor. Pada kuartal IV-2014, Indonesia mencatatkan penerimaan pemerintah dan remitansi TKI masing-masing sebesar USD 0,13 miliar (357,05% q-t-q) dan USD 2,14 miliar (1,07%). Kenaikan remitansi TKI terbesar berasal dari Saudi Arabia (USD 21,74 juta) diikuti Taiwan (USD 9,91 juta). Berlawanan dengan remitansi, jumlah TKI kembali turun sebesar 23.910 orang seiring pelaksanaan kebijakan moratorium TKI di beberapa negara Timur Tengah yaitu Kuwait, Yordania, Suriah, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Neraca Transaksi Modal dan Finansial Kuartal IV-2011 – Kuartal IV-2014 (USD Miliar)
Kinerja Neraca Transaksi Modal dan Finansial Memburuk
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2015)
Menjelang tutup tahun, surplus Neraca Investasi Langsung Indonesia kembali turun. Pada kuartal III-2014 surplus Neraca Investasi Langsung mencapai USD 5,94 miliar, tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Namun di kuartal IV-2014 surplus tersebut berkurang setengahnya (-56,71% q-t-q) menjadi USD 2,57 miliar. Hal ini terjadi terutama disebabkan berkurangnya surplus di sisi kewajiban sebesar USD 2,69 miliar karena meningkatnya pembayaran instrumen utang sebanyak USD 1,77 miliar. Dari sisi aset kenaikan defisit sebesar USD 0,68 miliar khususnya dari instrumen modal ekuitas turut menekan surplus Neraca Investasi Langsung.
Sejalan dengan Neraca Investasi Langsung, surplus Neraca Investasi Portofolio juga mengalami penurunan. Di kuartal IV-2014, surplus Neraca Investasi Portofolio hanya sebesar USD 1,61 miliar, relatif kecil bila dibandingkan dengan surplus di kuartal sebelumnya yang mencapai USD 7,44 miliar. Penurunan tersebut dipicu oleh keluarnya dana asing secara masif dari instrumen portofolio domestik sepanjang kuartal IV-2014 sehingga menimbulkan saldo negatif dari sisi kewajiban (defisit USD 0,02 miliar). Adanya kebijakan the Fed untuk menghentikan program Quantitative Easing per 29 Oktober 2014 serta gejolak politik pasca pemilihan presiden yang terjadi di DPR turut mendorong investor asing untuk memindahkan dananya keluar dari pasar keuangan domestik. Selain itu ekspektasi kenaikan Fed Fund Rate di awal tahun 2015 turut berkontribusi pada terjadinya capital outflow ini.