A. Perkembangan Utang Negara
Turunnya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi penerimaan pajak. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun pada tahun 2013, di mana secara y-o-y pada kuartal I tumbuh 6,05%, kuartal II 5,83%, kuartal III 5,62%, lebih rendah dari asumsi APBN-P 2013 sebesar 6,2% , sehingga berdampak pada penerimaan pajak.
Penerimaan dari sektor pajak masih jauh dari target yang ditetapkan. Namun, jika dibandingkan periode yang sama tahun 2012 (y-o-y), penerimaan perpajakan mengalami kenaikan 7,72%. Dirjen Perbendaharaan Negara mencatat realisasi penerimaan dari perpajakan sebesar IDR 634,6 triliun atau 71,75% dari target yang ditetapkan pada APBN-P 2013 per 31 Oktober 2013. Masih rendahnya realisasi penerimaan pajak hingga Oktober 2013 akan membuat pemerintah sulit untuk mencapai targetnya.
Tabel 1: Penerimaan Pajak dalam Negara Periode 1 Januari-31 Oktober 2013
Tahun anggaran tinggal 2 bulan lagi, tetapi realisasi penerimaan baru 71,75% dari target pada APBN-P 2013.
Sumber: Kementerian Keuangan (2013)
Realisasi belanja negara di periode kedua pemerintahan SBY konsisten menurun. Sejak 2010, realisasi belanja negara selalu di bawah 90%. Tahun 2013 boleh jadi pembeda jika mampu mencapai angka 95% – 96% seperti estimasi Menteri Keuangan. Realisasi belanja negara atau penyerapan anggaran per Oktober 2013 baru mencapai 71,7%. Angka ini lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, tetapi masih di bawah target dari Tim Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran (TEPPA) yaitu 83,21%. Hal ini mengindikasikan kembali akan terulangnya penumpukan belanja di akhir tahun. Sebagai perbandingan, realisasi belanja yang terjadi di Desember 2012 mencapai 18,57%, sehingga total penyerapan di akhir tahun sebesar 85,62%.
Gambar 10: Realisasi Belanja Negara 5 Tahun Terakhir
Sejak 2009, realisasi belanja negara konsisten menurun
Sumber: Kementerian Keuangan dan Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) (2013)
Pembahasan mengenai APBN 2014 telah selesai dan disahkan. APBN 2014 bernilai IDR 1.842 triliun. Sementara target pendapatan negara IDR 1.667,14 triliun, sehingga APBN akan defisit sekitar IDR 175,3 triliun atau 1,69% dari PDB. Berikut asumsi makro yang ditetapkan dalam APBN 2014.
Tabel 2: Perbandingan Asumsi Makro dalam APBN 2013, APBN-P 2013 dan APBN 2014
Pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2014 lebih rendah dibanding APBN-P 2013.
Sumber: Kementerian Keuangan dan Tempo (25/10/2013)
Tabel 3: Defisit Anggaran dalam APBN-P 2013, RAPBN 2014 dan APBN 2014 (IDR Triliun)
Defisit anggaran APBN 2014 ditetapkan 1,69%
Sumber: Kementerian Keuangan (2013) dan Jurnas (25/10/2013)
Seiring dengan target pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah, defisit anggaran di 2014 juga lebih kecil. Dalam APBN 2014, defisit ditetapkan sebesar IDR 175,4 triliun atau 1,69% dari PDB, lebih kecil dibandingkan APBN-P 2013 yaitu IDR 224,2 triliun. Namun, defisit pada APBN 2014 lebih besar dibandingkan yang diajukan pemerintah sebelumnya pada RAPBN 2014 yaitu IDR 154,2 triliun atau 1,49% dari PDB.
B. Perkembangan Utang Negara dan Utang Luar Negeri
Total Surat Berharga Negara (SBN) outstanding yang dapat diperdagangkan per Oktober 2013 mencapai IDR 1.351,12 triliun meningkat sebesar IDR 28,69 triliun dibandingkan dengan SBN outstanding per September 2013 yang tercatat sebesar IDR 1.322,42 triliun. Komposisi SBN outstanding periode Oktober 2013 paling besar adalah obligasi negara dengan bunga tetap, tercatat sebesar IDR 739,01 triliun. Sementara itu, Surat Perbendaharaan Negara (SPN)/Treasury Bills, pada Oktober 2013, tercatat sebesar IDR 34,4 triliun telah menunjukkan penurunan sebesar IDR 0,2 triliun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar IDR 34,6 triliun. Sedangkan Surat Berharga Negara dengan tingkat bunga mengambang tidak mengalami perubahan sejak Januari 2013 hingga Oktober 2013, yaitu sebesar IDR 122,754 triliun. Surat Berharga Syariah Negara/Government Islamic Securities tercatat sebesar IDR 87,87 triliun pada Oktober 2013, meningkat sebesar IDR 184 miliar dari bulan September 2013, meningkat sebesar IDR 24,83 triliun dari awal tahun 2013, dan meningkat sebesar IDR 24,84 triliun dari Oktober 2012. SBN outstanding Denominasi Valas/Foreign Currency Denominated juga mengalami peningkatan. Pada Oktober 2013, SBN Denominasi Valas tercatat sebesar IDR 367,07 triliun. Tercatat mengalami peningkatan sebesar IDR 12,49 triliun dari bulan September 2013, meningkat sebesar IDR 102,25 triliun dari awal tahun 2013, dan meningkat sebesar IDR 119,05 triliun dari Oktober 2012.
Gambar 11: Surat Berharga Negara Outstanding
Surat Berharga Negara outstanding secara umum mengalami peningkatan.
Sumber: Kementerian Keuangan dan CEIC (2013)
Total kepemilikan asing atas SBN menunjukkan peningkatan sebesar IDR 10,81 triliun dari awal tahun 2013 hingga Agustus 2013 dari IDR 273,2 triliun menjadi IDR 284,01 triliun. Sedangkan kepemilikan asing atas saham menunjukkan peningkatan sebesar IDR 76,33 triliun dari awal tahun 2013 hingga Juli 2013 menjadi IDR 1693,2 triliun. Namun, total kepemilikan asing atas SBN menunjukkan penurunan sebesar IDR 18,93 triliun dari Mei 2013.
Gambar 12: Kepemilikan Asing atas Surat Berharga Indonesia
Kepemilikan asing atas ekuitas turun, sedangkan kepemilikan asing atas obligasi pemerintah dan SBI meningkat.
Sumber: BAPEPAM, Bank Indonesia, dan CEIC (2013)
Total kepemilikan asing atas ekuitas, obligasi pemerintah, dan SBI secara umum mulai mengalami peningkatan. Obligasi pemerintah naik sebesar IDR 15,17 triliun menjadi IDR 318,11 triliun pada Oktober 2013. Kepemilikan asing atas SBI menunjukkan peningkatan sejak Agustus 2013 sebesar IDR 4,5 triliun menjadi IDR 5,44 triliun pada Oktober 2013. Naik sebesar IDR 1,58 triliun dari bulan sebelumnya dan naik sebesar IDR 4,7 triliun dari bulan yang sama tahun 2012. Sejak Mei 2013, kepemilikan asing atas ekuitas turun sebesar IDR 251,94 triliun menjadi IDR 1.541,93 triliun hingga Oktober 2013.
Gambar 13: Debt Service Ratio
Debt Service Ratio Indonesia menurun
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Debt Service Ratio (DSR), indikator yang menunjukkan rasio pembayaran pokok dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor suatu Negara, menurun. Pada kuartal III tahun 2013, DSR Indonesia sebesar 39,1%. Secara umum DSR meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun DSR September 2013 mengalami penurunan dibandingan dengan DSR Juni 2013. Kondisi ini berbahaya apabila pelemahan rupiah terus terjadi karena beban utang Indonesia akan semakin berat.
Gambar 14: Utang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta
Utang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta Meningkat
Sumber: Kementerian Keuangan dan CEIC (2013)
Secara umum total utang luar negeri Indonesia terus meningkat, terutama utang luar negeri swasta. Total utang luar negeri Indonesia pada September 2013 sebesar USD 259,86 miliar naik sebesar USD 2,38 miliar dari bulan sebelumnya, meningkat sebesar USD 8 miliar dari awal tahun 2013, dan meningkat sebesar USD 16,21 miliar dari bulan September tahun 2012.
Nilai utang luar negeri swasta pada Mei 2012 sebesar USD 118,48 miliar telah melebihi utang luar negeri pemerintah sejak bulan Mei 2012. Pada bulan September 2013, nilai utang luar negeri swasta mencapai USD 136,65 miliar, lebih besar sebesar USD 23,06 miliar dari nilai utang luar negeri pemerintah bulan September 2013 yang mencapai USD 113,59 miliar dan lebih besar sebesar USD 13,44 miliar dari nilai utang luar negeri pemerintah dan bank sentral bulan September 2013 yang mencapai USD 123,21 miliar.
Nilai utang luar negeri swasta jangka pendek by original maturity adalah utang yang dihitung mulai dari timbulnya kewajiban utang sampai dengan jatuh tempo. Pada September 2013, nilai utang luar negeri swasta jangka pendek by original maturity sebesar USD 40,128 miliar, meningkat sebesar USD 1,58 miliar dari bulan Agustus 2013 dan meningkat sebesar USD 3,54 miliar dari bulan September tahun 2012. Nilai utang luar negeri swasta jangka pendek by remaining maturity adalah posisi utang yang dihitung dengan menjumlahkan posisi utang jangka pendek berdasarkan original maturity dan posisi utang jangka panjang yang akan dibayar dalam jangka waktu maksimal satu tahun ke depan dari posisi bulan pelaporan. Pada September 2013, utang swasta jangka pendek by remaining maturity sebesar USD 43,12 miliar, meningkat sebesar USD 4,18 miliar dari bulan Agustus 2013 dan meningkat sebesar USD 4,9 miliar dari bulan September tahun 2012.