Home » Id » Perkembangan Terkini (Page 4)

Category Archives: Perkembangan Terkini

Saatnya Ekspansi

Sejak Januari hingga Maret 2016, BI Rate telah diturunkan tiga kali: dari 7,5 persen ke 7,25 persen (pada 14 Januari 2016), dari 7,25 persen ke 7,00 persen (pada 18 februari 2016), dan dari ke 7,00 ke 6,75 persen (pada 17 Maret 2016). Pemangkasan ini ditujukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih jauh lagi. Sebabnya, tren pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat terus melambat—dari 6,81 persen pada 2010 sampai dengan 4,79 persen pada 2015. Pertumbuhan PDB riil tahunan Indonesia pada tahun 2015 (4,79 persen) pun adalah yang terendah selama enam tahun terakhir. read more

Indikasi Membaiknya Perekonomian Indonesia

Jika kita mempelajari data Februari 2016, indikator makroekonomi Indonesia seperti kurs, cadangan devisa, inflasi, IHSG, yield obligasi, dan juga neraca perdagangan terlihat lebih baik. Lalu, apakah perbaikan statistik tersebut juga memberi indikasi perbaikan ekonomi Indonesia?

Mari kita lihat bagaimana perkembangan kondisi pasar finansial yang semakin membaik, setidaknya sebulan terakhir. Indeks harga saham kembali melejit dan yield obligasi tenor 10 tahun terus menurun. Investor asing membukukan pembelian neto sebesar Rp4,11 triliun selama Februari 2016, sedangkan di pasar obligasi pemerintah mencatat pembelian neto sebesar Rp19,8 triliun selama Januari 2016. Terjadi pula penguatan kurs rupiah terhadap dolar AS pada level Rp13.128 per dolar AS (JISDOR, 8 Maret 2016). Sementara itu, real exchange rate rupiah terhadap dolar AS juga membaik pada Januari 2016. Cadangan devisa Indonesia pun pada gilirannya kembali membaik, sebesar USD 104,54 miliar, naik signifikan dibandingkan Januari 2016. Indonesia kembali mampu menarik dana asing ke pasar finansial. read more

Tekanan Kembali Muncul dari Eropa dan Jepang

Setelah awal tahun ini diguncang pelemahan saham Tiongkok, pasar saham global kembali tertekan. Kondisi pasar saham di berbagai belahan dunia mengalami penurunan, beberapa di antaranya bahkan anjlok hingga lebih dari 5 persen. Penyebab utamanya masih sama, pelemahan ekonomi global karena sumbangan ekonomi Tiongkok yang menurun dan juga antisipasi terhadap kenaikan Federal Funds Rate (FFR) pada tahun 2016. Namun, kali ini ada dua faktor yang menambah runyam: rendahnya harga minyak dan stabilitas pasar keuangan Eropa dan Jepang yang diragukan. read more